BIMBINGAN KONSELING SEBAGAI PROFESI

Jumat, 31 Juli 2009

BAB I
PENDAHULUAN


Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan boleh dibilang sukses dan perlu mendapat apresiasi dari semua lapisan masyarakat, khususnya kalangan akademisi. Upaya tersebut memang harus diselenggarakan untuk memperkembangkan pelayanan bimbingan konseling kearah pemenuhan persyaratan profesi, yaitu berkenaan dengan unjuk kerja konselor, penyiapan konselor, akreditas, lembaga pendidikan konselor, sertifikasi dan instansi, serta pengembangan organisasi profesi.
Namun, sayangnya terobosan di atas masih menuangkan setumpuk problematika. semisal, beberapa besar guru yang mendapatkan kesempatan kesempatan yang lebih tinggi dengan biaya pemerintah terhadap kualitas peserta didiknya, beberapa besar kepedulian guru yang mampu menjalankan tugasnya (mendidik, mengajar, melatih dan menilai ) siswa secara objektif dan mandiri.
Problematika tersebut menjadi ajang kontra antara suatu pihak dengan pihak lain . Pemerintah menganggap banyak guru tidk brkualitas, guru menuding pemerintah tidak serius menangani pendidikan dan orang tua siswa menuding pemerintah dan guru sama –sama tidak professional dalam melakukan konsep pendidikan idial yang berorientasi dalam melakukan konsep pendidikan ideal yang berorientasi dalam pembentukan pola pikir prilaku dan keterampilan.









BAB II
PEMBAHASAN


A.Pengertian dan ciri-ciri profesi 
1.Pengertian profesi
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dengan para petugasnya . Akhirnya pekerjaan yang disebut profesi itu tidak bias dilakukan oleh orang yang tidak berlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan tersebut.
2.Ciri-ciri profesi
Syarat-syarat atau cirri-ciri utama dari suatu profesi sebagai berikut:
a.Suatu profesi merupakan suatu jabatan suatu pekerjaan yang memiliki fungsi dan kebermaknaan sosial yang sangat menentukan .
b.Untuk mewujudkan fungsi tersebut pada butir di atas anggotanya harus menampilkan pelayanan yang khusus yangyang didasarkan teknik-teknik intelektual, dan keterampilan tertentu yang unik.
c.Penampilan pelayanan tersebut bukan hanya dilakukan secara ruti saja, melainkan bersifat pemecahan masalah atau penanganan situasi sityuasi kritis yang yang menuntut pemacahan dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
d. Pra anggotanya secara tegas dituntus memiliki kompetensiminimum melalui prosedur seleksi, pendidikan dan pendidikan dan latihan serta lisensi ataupun sertifikasi
e.Standar tingkah laku bagi anggotanya dirumuskan secara tersurat melalui kode etik yang benar-benar diterapkan.
f.Selama dalam pekerjaan itu para anggotanya terus menerus berusaha menyegarkan dan meningkatkan kompetisinya dengan jalan meningkatkan secara cermat literatur dalam bidang pekerjaan itu, serta berperan secara aktif dalam pertemuan –pertemuan sesama anggotanya.

B.Pengembangan Profesi bimbingan dan konseling 
Sebagai profesi yang handal. Bimbingan dan konselingn masih perlu dikembangkan bahkan diperjuangkan.
Pengembangan profesi bimbingasn dalam konseling antara lain melalui :
1.Standarisasi unjuk kerja professional konselor.
a.Mengajar dalam bidang psikologi dan bimbingan konseling (BK).
b.Mengorganisasikan progam bimbingan dan konseling
c.Menyusun progam bimbingan dan konseling
d.Menyelenggarakan pengumpulan data tentang minat, bakat, kemampuan dan kondisi pribadi.
e.Membantu guru bidang studi ndalam menyelenggarakanpengajaran perbaikan dan progam pengayaan.
f.Menyelenggarakan bimbingan kelompok belajar
g.Melakukan kunjungan rumah.
h.Menyelenggarakan kegiatan BK pada lingkungan yang berbeda.
i.Berpartisipasi aktif dalam pengembangan profesi BK.
2.Standardisasi penyiapan konselor 
Tujuan penyiapan konselor ialah agar para(calon) konselor memiliki wawasan dan menguasai , serta dapat melaksanakan dengan sebaik-baiknya materi dan keterampilan yang terkandung di dalam butir-butir rumusan unit kerja.
Adapun standarisasi penyiapan konselor adalah:
a. Seleksi/penerimaan mahasiswa
Seleksi atau pemilihan calon mahasiswa merupakan tahap awal dalam proses penyiapan konselor. Adapun syarat-syarat pribadio yang harus dimiliki oleh konselor sebagai berikut :
1). Memiliki bakat yang memadai untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi.
2)Memiliki minat dan kemauan yang besar untuk bekerjasama dengan orang lain.
3)Memiliki kemampuan untuk bekerja dengan orang – orang dari berbagai latar belang.
4)Memiliki kemanfaatan pribadi dan sosial.
b. Pendidikan konselor
Untuk melaksanakan tugas – tugas dalam bidang bimbingan dan konseling, yaituunjuk kerja konselor secara baik para konselor dituntut memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memadai. Pendidikan konselor mengacu kepada standar kemampuan konselor yang meliputi :
1). Materi intii yaitu materi tentang pertumbuhan dan perkembangan individu, dasar-dasar ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
2). Studi lingkungan dan studi kasus, yaitu materi tentanng studi lingkungan dan materi khusus sesuai dengan keperluan mahasiswa untuk bekerja di lingkungan tertentu.
3). Berpengalaman tersupervisi, Yaitu praktek langsung pelayanan BK melalui praktek pengalaman lapangan yang sesuai cita-cita mahasiswa.
c. Akreditasi
Lembaga pendidikan konselor perlu diakreditasi untuk menjamin mutu lulusanya .
Tujuan pokok akreditas 
1). Untuk menilai bahwa progam yang ada memenuhi standar yang ditatapkan oleh prifesi.
2). Untuk menegaskan misi dan tujuan progam.
3). Untuk menarik calon konselor dan tenaga pengajar yang bermutu tinggi.
4). Memungkinkan mahasiswa dan staf pengajar berperan serta dalam evaluasi program secara intensif.
5). Untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat pandidikan, masyarakat profesi dan masyarakat pada umumnya tentang kemantapan palayanan BK.
d. Sertifikasi dan Lisensi
Sertifikasi merupakan upaya lebih lanjut untuk lebih memantapkan dan menjamin profesionalisasi BK. Para lulusan pendidikan konselor yang bekerja di lembaga-lembaga pemerintah, misalnya di sekolah, diharuskan menempuh program sertifikasi yang diselenggarakan oleh pemerintah, sedangkan mereka yang hendak bekerja di luar lembaga atau badan pemerintah diwajibkan memperoleh lisensi dari organisasiprofesional BK.
e. Pengembangan Organisasi Profesi
Organisasi profesi adalah himpunan orang-orang yang mempunyai profesi yang sama. Tujuan organisasi profesi adalah :
1). Pengembangan ilmu
2). Pengembangan pelayanan
3). Penegakan kode etik professional












BAB III
KESIMPULAN

Suatu pekerjaan disebut profesi apabila pekerjaan itu memenuhi sejumlah ciri atau persyaratan, baik dilihat dari fungsi dan maknanya, penampilan kegiatannya terhadap sasaran layanan dasar-dasar keilmuan yang dimilikinya, kompetensi para pekerjaannya, penyiapan para calon pekerjaannyauntuk mampu menyelenggarakan pekerjaan itu, kode etiknya, serta sikap para pekerja terhadap pengembangan pekerjaan itu.
Pendidikan konselor yang bersifat pra jabatan dan berjenjang pendidikan tinggi memakan waktu yang cukup lama, minimum empat tahun yaitu jenjang strata satu (S1). Pengembangan kemampuan yang mantap tidak hanya dari segi ilmu dan keterampilannya saja, tetapi juga dari segi pengembangan pribadi yang meliputi kemampuan berkomunikasi, sikap, penerapan nilai-nilai serta tanggung jawab melaksanakan tugas professional.
Program akreditasi, sertifikasi dan lisensi merupakan upaya agar pelayanan BK itu benar-benar professional, sejak dari pendidikan konselornya sampai kepada penempatannya di lapangan kerja, baik di lembaga-lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Organisasi dalam mengupayakan profesionalitas anggota dan pelayanannya, melalui pengembangan ilmu, pengembangan pelayanan, dan penegak kode etik, sehingga organisasi profesi itu perlu benar-benar taat asas dengan profesionalitasnya.

DAFTAR PUSTAKA
 
Handout,
-
Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas,Lantip Institute, 2008.
Prayitno, Prof Dr. H M.Sc. Ed
-
Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. PT Asdi Mahasatya, 1997.



Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 
Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. 
Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]
Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]
Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]
Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 
Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. 
Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]
Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]
Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]
Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 
Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. 
Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]
Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]
Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]
Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 
Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. 
Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]
Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]
Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]
Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 
Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. 
Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]
Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]
Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]
Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 
Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. 
Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]
Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]
Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]
Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 
Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. 
Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]
Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]
Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]
Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 
Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. 
Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]
Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]
Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]
Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 
Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. 
Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]
Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]
Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]
Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 
Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. 
Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]
Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]
Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]
edrizal_08 putra: minat siswa belajar pendidikan agama Islam di ...
Sedangkan penulis membahas tentang minat siswa belajar pendidikan agama Islam dibandingkan minat belajar ilmu kejuruan di SMK ni Lintau Buo. Dalam bukunya ...
putrabungsu-yahoo.blogspot.com/.../minat-siswa-belajar-pendidikan-agama_24.html - Tembolok - Mirip


Menumbuhkan minat belajar anak membutuhkan proses yang tidak instan. Pertama menumbuhkan terlebih dahulu rasa butuh akan manfaat suatu pelajaran. Misalnya ketika orangtua berharap anak memiliki kesadaran belajar PKN. Sebelum ditanya PR, perlu sesekali tanyakan ”adakah yang menarik di kelas...? siapa teman yang kamu sukai dan tidak sukai...? kenapa kamu menyukai atau tidak menyukai...? apa yang kamu lakukan pada mereka ? ada gak pelajaran yang membahas kerukunan? ”. Menurut kamu apa manfaatnya setelah belajar kerukunan ?.” 

Kedua menjadikan anak sebagai partner belajar. Tidak selamanya orangtua harus selalu tampak pintar, adakalanya perlu sesekali kelihatan bodoh dan tidak tahu untuk memancing penjelasan anak. Hal ini bisa mendorong anak untuk lebih percaya diri dan mencari sebanyak mungkin informasi baik dari guru, buku bacaan maupun media elektronik yang tersedia. Misalnya ” lho papa kok baru denger ya ada nama propinsi baru, memang di pelajaran IPS yang kamu pelajari ada berapa propinsi di Indonesia ” ?

Ketiga, Kunjungan edukasi keluarga. Tidak harus mahal dan menggunakan perijinan yang rumit.. Sesekali ajak anak ke pasar tradisional untuk melalukan transaksi jual beli. Karena selama ini jika ke Mall, belanja menjadi sangat individualis tanpa ada transaksi yang melibatkan emosi dan sosialisai. Datangkan langsung ke sumber-sumber kehidupan sehari-hari.misalnya peternakan sapi, kemudian dilanjutkan ke pabrik pembutan susu. Dia belajar proses proses produksi – distribusi sampai konsumsi. Dorong anak tidak selamanya menjadi konsumen tetapi perlu menjadi produsen. Hal ini akan mengurangi gaya hidup konsumtif dan meningkatkan nilai produktivitas SDM yang akan datang. . Misalnya membuat kertas daur ulang atau menyediakan bibit tanaman buah-buahan. 

Keempat, menjadikan anak sebagai pelopor. Seringkali memulai kebaikan memang tidak mudah. Misalnya dalam global warming, di sekolah mereka sudah belajar teorinya. Tapi bagaimana anak juga juga menyelaraskan teori dengan aksi. Maka latihlah menjadi anak yang ”beda’. Jika kebanyakan anak berangkat diantar mobil, sepeda motor atau mobil angkutan. Maka latihlah sesekali menggunakan sepeda atau dengan jalan kaki jika jaraknya dekat. Selain sehat juga mengurangi polusi udara yang menimbulkan efek rumah kaca. Tidak hanya sendiri tapi orangtuapun memulai gerakan yang sama. 

Keempat tahap diatas membutuhkan kerja sama serta komunikasi yang intensif antara sekolah dan rumah (orangtua). Keduanya memiliki hubungan yang komplementer (saling melengkapi) bukan saling menggantungkan. Guru atau sekolah tidak hanya menjadikan orang tua atau rumah sebagai kambing hitam ketidakmampuan dan kemalasan anak dalam belajar begitupun orangtua tidak menggantungngkan 100 % tercapainya tujuan pendidikan lewat sekolah.(era) 
Terakhir Diperbaharui ( Thursday, 12 June 2008 ) 
  
SD Muhammadiyah 4 Surabaya | Sekolah Teladan Nasional ...
Menumbuhkan minat belajar anak membutuhkan proses yang tidak instan. ... informasi baik dari guru, buku bacaan maupun media elektronik yang tersedia. ...
sdm4sby.com/index.php?option=com_content... - Tembolok - Mirip



22 April 2009
Berita Mitra : MENAMBAH PENGETAHUAN DENGAN MEMBACA 
SUMBER: KEDAULATAN RAKYAT (27 Maret 2009) Perpus Wonosobo KABUPATEN Wonosobo, patut dijadikan percontohan bagi pengembangan perpustakaan di Jawa Tengah, karena reputasinya. Prestasinya, pada tahun 2005 perpustakaan Wonosobo meraih juara I Lomba Perpustakaan Tingkat Jawa Tengah dan juara II tingkat nasional. Kemudian tahun 2008, perpustakaan Desa Kebrengan Wonosobo meraih juara I lomba perpustakaan desa tingkat propinsi. Menurut Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Jateng Urip Sihabudin SH MH, keistimewaan pengembangan perpustakaan di Wonosobo, pada aspek kelembagaan yang mapan. Keberadaan perpustakaan di Wonosobo berkolaborasi dengan PKK dan Karang Taruna setempat. Bahkan tahun 2005, Pemkab Wonosobo menganggarkan dana pengembangan perpustakaan melalui Alokasi Dana Desa (ADD). Selain itu, perpustakaan di Wonosobo, rata-rata juga memiliki lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Di Wonosobo terdapat perpustakaan yang tersebar di beberapa kecamatan. Salah satunya Perpustakaan Srikandi di Kelurahan Andongsili, Mojotengah, Wonosobo. Kepala Perpustakaan Srikandi Dra Eko Hartati mengatakan perpustakaan ini berdiri pada 10 April 2005, atas prakarsa Tim Penggerak PKK Andongsili. Paradigma yang dikembangkan, di era globalisasi, seorang ibu dituntut berpengetahuan dan berwawasan luas, supaya dapat berperan dalam meningkatkan taraf hidup keluarga. Dalam memberi pelayanan kepada masyarakat, Perpustakaan Srikandi menerapkan sistem komputerisasi dan memiliki koleksi 5000 judul buku. Bentuk pelayanannya, selain peminjaman buku juga memiliki fasilitas audio visual, buku referensi, internet, kursus menulis, seni lukis, aneka mainan anak dan kegiatan story telling. Perpustakaan lainnya, Perpustakaan Ganesha di Desa Jolontoro, Sapuran. Perpustakaan ini berkembang menjadi rumah belajar. Kepala Perpustakaan Ganesha Nur Khamid menyatakan perpustakaannya berdiri 2005, dipelopori PKK setempat. Kemudian pada September 2006, dikeluarkan Surat Keputusan (SK) Kades No 143/12/5 berupa perlunya pembenahan dan pengelolaan oleh Karang Taruna Jolontoro. Jumlah koleksi perpustakaan ini terdiri 5.565 eksemplar buku dan 35 judul dalam bentuk compact disc (CD). Kepala Desa Jolontoro Khozin SAg mengatakan, Perpustakaan Ganesha merupakan hasil kerja sama lapisan masyarakat dengan binaan Perpustakaan Daerah Wonosobo. Sumber pendanaan perpustakaan ini berasal dari Alokasi Dana Desa (ADD). Saat ini perpustakaan tersebut memiliki fasilitas aneka kursus meliputi bahasa Inggris, komputer dan menjahit. Senada dengan perpustakaan yang lain, Perpustakaan Al-Mannan Desa Kebrengan Mojotengah, Wonosobo juga didirikan karena keprihatinan masyarakat terhadap rendahnya minat baca masyarakat. Ketua Pengelola Perpustakaan Al-Mannan Siti Kholisoh SAg berharap perpustakaannya dapat menjadi alternatif taman bacaan di desanya. Perpustakaan ini berdiri 1 November 2006, berdasarkan SK Kades Kebrengan No 041/8/2006, memiliki koleksi buku 1.620 eksemplar, majalah 312 eksemplar dan surat kabar 360 eksemplar. Adanya kesenjangan ekonomi dan mahalnya harga buku inilah yang mendorong masyarakat mendirikan perpustakaan. Kepala Perpustakaan Srikandi Dra Eko Hartati berharap dengan membaca buku, masyarakat mendapat kegiatan positif untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Nilai positif membaca, diungkapkan Supartiyana, pengusaha rempeyek kacang di Andongsili. Menurut dia, kegemaran membaca buku-buku masakan di perpustakaan, memunculkan gagasan membuka usaha rempeyek kacang. Ternyata hasilnya lumayan. Saya dapat membantu meningkatkan pendapatan keluargaî, katanya. Hal sama disampaikan Murdirahayu, pengusaha telur asin dari Andongsili. Wonosobo. ìDari membaca di perpustakaan, saya mendapat ilmu tentang membuat telur asin dan kini usaha tersebut berkembang pesatî, katanya. Keberhasilan usaha karena membaca buku, tidak hanya dialami warga Andongsili. Suparmi, warga Jolontoro pengusaha opak singkong juga mengalami hal sama. Sekitar 90% warga Jolontoro merupakan perajin opak, dengan produksi perhari 10 kg per orang. ìUsaha kami meningkat, setelah kami gemar membaca buku di perpustakaan desa, dari membaca buku, kami belajar meningkatkan kualitas opak, katanya. Warga Jolontoro yang lain, Supardjo menyatakan mendapat gagasan untuk beternak lele berkat gemar membaca buku di perpustakaan. Awalnya dicoba beberapa kali memang gagal, selanjutnya berhasil karena petunjuk dari buku-buku lainnya, katanya. Sumber: Kedaulatan Rakyat 
  

Coca Cola Foundation Indonesia
27 Mar 2009 ... Perpustakaan lainnya, Perpustakaan Ganesha di Desa Jolontoro, Sapuran. Perpustakaan ini berkembang menjadi rumah belajar. ...
www.coca-colafoundation-ind.org/ina/.../index.php?act... - Tembolok - Mirip





10
Dec
08
Tinjauan Tentang Minat Belajar Anak
post info
By luwzee 
Categories: aBouT Perkembangan Anak 
1. Pengertian Minat
Dalam hal ini penulis mengemukakan beberapa pendapat tentang minat :
a. Minat adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan.
b. Minat adalah merupakan suatu sikap batin dalam diri seseorang.
Dari pendapat tersebut diatas dapat penulis simpulkan bahwa minat adalah gejala phisikis yang timbul dari perpaduan keinginan dan kemauan yang ada pada diri seseorang, yang direalisasikan atau di ekspresikan dengan adanya perasaan senang yang menyebabkan adanya perhatian terbesar terhadap suatu obyek, sehingga orang tersebut mempunyai kecenderungan hati untuk berbuat sesuatu terhadap obyek tersebut.
Dari pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa ; terjadinya minat itu karena dorongan dari perasaan senang dan adanya perhatian terhadap sesuatu. Dengan kata lain, minat itu merupakan proses terjadinya yang didahului oleh perasaan senang dan perhatian terhadap suatu obyek, sehingga terjadi kecenderungan untuk berbuat sesuatu atas obyek tersebut.
Sebagai indikator bahwa orang itu sedang mengalami rasa senang dan ada perhatian terhadap suatu obyek, maka kita bisa beranalogi pada persyaratan Imam Al-Ghazali ra. yang menerangkan tentang tanda-tanda orang yang cinta kepada Allah SWT adalah sebagai berikut :
1. Orang yang cinta kepada Allah orang itu ingin mendekatkan dirinya kepada-Nya. Pernyataan ini jika dianalogkan dengan pembahasan ini, bahwa seseorang akan berusaha untuk melibatkan diri dalam lembaga pendidikan yang dia senangi, misalnya dengan cara menyekolahkan anak-anaknya ke lembaga pendidikan tersebut.
2. Orang yang cinta kepada Allah dia akan suka rela berkurban untuk Allah. Dalam hubungannya dengan pembahasan ini pengertian tersebut dapat diartikan bahwa apabila seseorang tertarik pada suatu pendidikan, maka dia akan rela memberikan sumbangan baik moril maupun spritual demi kelancaran pelaksanaan pendidikan tersebut.
3. Orang yang cinta kepada Allah dia akan cinta pula kepada orang-orang yang berbakti kepadanya, sehubungan dengan permbahasan ini, bahwa orang yang cinta terhadap suatu lembaga pendidikan tertentu maka dia akan menyenangi dan menghormati para pendidik tersebut menjadi contoh dan suri tauladan bagi para peserta didik dan wali murid.
Adapun pengaruh minat terhadap perkembangan seseorang sebagai berikut :
1) Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas cita-cita.
2) Minat dapat berfungsi sebagai tenaga pendorong yang kuat.
3) Minat yang mempengaruhi terhadap prestasi belajar.
4) Minat dapat menimbulkan kepuasan dalam suatu pekerjaan.
2. Pengertian Belajar
Dalam pengertian luas belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Selanjutnya ada pula yang mendefinisikan bahwa belajar adalah “berubah”. dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi dengan belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga terbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya.
Untuk melengkapi pengertian mengenai makna belajar, perlu kiranya dikemukakan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar siswa. dalam hal ini ada beberapa prinsip yang penting untuk diketahui, antara lain :
a. Belajar pada hakekatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya.
b. Belajar memerlukan proses dan pemantapan serta kematangan diri siswa.
c. Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam atas dasar kebutuhan atau kesadaran (instrinsic motivation), lain halnya belajar dengan karena rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan menderita.
d. Dalam banyak hal belajar itu merupakan proses percobaan (dengan kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasan.
e. Kemambuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran.
f. Belajar dapat melakukan tiga cara :
1) Diajar secara langsung.
2) Kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung (seperti anak belajar bicara, sopan santun, dan lain-lain)
3) Pengenalan dan/atau peniruan.
g. Belajar melalui praktek atau mengalami secara langsung aakn lebih efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berfikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja.
h. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.
i. Bahan pelajaran yang bermakna atau berarti, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna.
j. Informasi tentang kelakuan baik, pengetahun, kesalahan serta keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar.
k. Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri.
Adapun faktor-faktor yang menentukan belajar anak, diantaranya :
a. Faktor luar atau eksternal, faktor yang berasal dari luar individu (siswa yang meliputi)
1) Faktor Lingkungan
Faktor luar dapat berasal dari lingkungan alami maupun dari lingkungan sosial. Lingkungan alami (berasal dari alam) dapat berupa keadaan suhu, kelembaban udara, cuaca dan sebagainya.
Sedangkan lingkungan sosial adalah lingkungan yang terjadi dikeluarga, sekolah, maupun masyarakat.
a) Lingkungan Keluarga merupakan lingkungan yang paling utama dalam menentukan keberhasilan belajar seorang anak.
b) Lingkungan Sekolah yang dimaksud dalam pembahasan skripsi adalah segenap unsur yang ada dalam suatu lembaga pendidikan yang dapat mempengaruhi timbulnya belajar seseorang terhadap penyelenggaraan pendidikan pada lembaga tersebut, umumnya seseorang sebelum memilih jenis lembaga pendidikan yang akan digunakan sebagai tempat untuk mendapatkan suatu ilmu pengetahuan, ia cenderung ingin mengetahui terlebih dahulu unsur-unsur yang ada pada lembaga pendidikan tersebut, sehingga unsur-unsur itulah yang menentukan tertarik tidaknya seseorang terhadap pendidikan yang dikelolahnya.
c) Lingkungan Masyarakat dimana dalam lingkungan masyarakat ini adanya interaksi individu antara satu dengan yang lainnya, keadaan masyarakat mempunyai pengaruh tertentu terhadap perkembangan anak, seseorang yang hidupnya dalam masyarakat Desa akan mempunyai perbedaan dalam segi pola pikir, cita-cita maupun pandangannya dengan seseorang yang hidup dikota, dengan adanya perbedaan tersebut akan memiliki kecenderungan yang berbeda pula dalam membina, mengarahkan anggota keluarganya, termasuk juga dalam memilih jenis pendidikan untuk anak-anak.
2) Faktor Instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang sengaja dirancang sesuai dengan hasil yang diharapkan, dan berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Faktor ini sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar siswa, sebab faktor instrumental merupakan sarana pokok untuk menunjang proses belajar mengajar di sekolah. yang termasuk faktor instrumental antara lain : Kurikulum, program, sarana dan fasilitas sekolah, tata tertib, pedoman-pedoman belajar, dan lain-lain.
b. Faktor Dalam atau Internal
1) Kondisi Fisiologis
Kondisi Fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan keadaan fisik atau kesehatan badan siswa, termasuk keadaan panca indera, yakni penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa.
Alat-alat panca indera tersebut menghubungkan manusia dengan dunia luar melalui urat-urat syaraf yang tersusun sangat komplek dan bekerja dengan kecermatan sangat tinggi. Rangsangan-rangsangan yang datang akibatnya adanya proses belajar diterima oleh alat-alat indera tersebut dan akan diolah menjadi konsep sebagai hasil belajar.
Kondisi Psikologis
a) Perhatian
Perhatian merupakan pemusatan energi psikis yang tertuju kepada suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar.
b) Pengamatan
Suatu cara mengenal dunia riil, baik dirinya sendiri maupun lingkungan dengan segenap panca indera. Jadi dalam belajar itu unsur keseluruhan jiwa dengan segala panca inderanya harus bekerja untuk mengenal pelajaran tersebut.
c) Tanggapan
Tanggapan yaitu gambaran atau bekas yang tinggal dalam ingatan setelah orang melakukan pengamatan. Tanggapan itu akan memiliki pengaruh terhadap perilaku belajar siswa setiap siswa.
d) Fantasi
Yang dimaksud dengan fantasi adalah sebagai kemampuan untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru berdasarkan atas tanggapan yang ada, atau dapat dikatakan sebagai suatu fungsi yang memungkinkan individu untuk berorientasi dalam alam imajiner, menerobos dunia realitas. Dengan fantasi ini maka dalam belajar maka akan memiliki wawasan yang lebih longgar karena didik untuk memahami diri atau pihak lain.
e) Ingatan
Secara teoritis ingatan akan berfungsi ; (1) mencamkan atau menerima kesan-kesan dari luar, (2) menyimpan kesan, (3) memproduksi kesan. Oleh karena itu ingatan akan merupakan kecakapan untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan di dalam belajar. Hal ini sekaligus untuk menghindari kelupaan, lupa sebagai gejala psikologis yang selalu ada.
f) Berfikir
Berfikir merupakan aktivitas mental untuk dapat merumuskan pengertian, mensintesis dan menarik kesimpulan.
g) Minat
Minat adalah atau interest adalah banyak sedikitnya kesadaran dan perhatian yang menyertai suatu aktivitas yang sedang dilakukan. Pengaruh minat terhadap prestasi belajar sangat besar, semakin tinggi minat seseorang terhadap suatu pelajaran, semakin tinggi minat seseorang terhadap suatu pelajaran, semakin tinggi pula keaktifan untuk belajar dan meningkatkan prestasi belajarnya. Sebaliknya semakin rendah minat seseorang terhadap sesuatu pelajaran, maka secara otomatis prestasinya menurun
Kecerdasan
Hasil pengukuran kecerdasan biasanya dinyatakan dengan angka yang menunjukkan perbandingan kecerdasan, yang terkenal dengan IQ (Inteleqensi Quoetient). Berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan yang erat antara IQ dengan belajar siswa. Oleh sebab itu, Informasi mengenai taraf kecerdasan siswa merupakan hal yang sangat berharga untuk memperkirakan kemampuan belajar siswa yang bersangkutan.
h) Bakat
Disamping Inteleqensi Quoetient, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Faktor bakat mencakup faktor-faktor yang sudah ada sejak lahir, yang mempunyai kecenderungan untuk mengembangkan diri dalam suatu kecakapan-kecakapan tertentu.
Telah terjadi kenyataan bahwa siswa yang belajar dalam bidang yang sesuai dengan bakatnya, mempunyai kemungkinan yang besar dalam upaya mencapai prestasi belajar yang baik. Seorang anak yang berbakat mempunyai kualifikasi potensial yang tinggi dalam bidangnya, maka ia mampu mencapai belajarnya pula.
i) Motivasi
Peranan motivasi sangat penting dalam proses belajar. Bahkan dapat dikatan motivasi merupakan faktor penentu keberhasilan belajar atau belajar siswa.
Secara umum motivasi dibagi menjadi dua, yaitu : motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik merupakan motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang tanpa adanya rangsangan atau bantuan orang lain. Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang timbul akibat adanya bantuan dari luar diri siswa. Ada beberapa hal yang mendorong siswa untuk belajar, yakni :
(1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
(2) Adanya sifat kreatif pada orang yang belajar dan adanya keingin untuk selalu maju.
(3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-temannya.
(4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kooperatif maupun dengan kompetisi
(5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran
(6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.
j) Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif pertama adalah persepsi, ingatan dan berfikir. Persepsi adalah bayangan yang tinggal didalam ingatan setelah siswa melakukan pengamatan. Dan ingatan dapat didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan. Sedangkan berfikir adalah proses dinamis yang dapat dilukiskan menurut prosesnya, meliputi pembentukan pengertian, pendapatan, dan kesimpulan.
3. Hal-hal yang memungkinkan memperkembangkan minat belajar pada anak.
Minat tidak hanya mempunyai arti penting sebagai landasan konsentrasi melainkan lebih daripada itu juga, akan memperjelas kaitan antar butir-butir soal dalam pikiran seseorang dan memperkokoh ingatannya. Adapun mengenai cara atau hal-hal yang dapat mengembangkan minat antara lain :
a. Seseorang hendaknya memikirkan bagaimana dan mengapa mata pelajaran itu penting bagi pendidikan umumnya. Misalkan Computer mungkin tidak menarik bagi seseorang tetapi kalau ia ingin mengetahui informasi didunia maka sedikit banyak computer akan menolongnya, contoh lain kimia mungkin tidak menarik bagi seseorang mahasiswa ilmu sosial, tetapi kalau ia ingin tahu tentang obat-obatan maka sedikit kimia akan berguna. Jadi lingkungan keanekaan minat seseorang membantunya memahami dunia modern.
b. Seseorang hendaknya memikirkan bagaimana mata pelajaran lainnya atau dengan waktu, tempat, masalah dan tujuan yang lain. Suatu contoh sejarah kuno mempunyai hubungan dengan peristiwa–peristiwa dewasa ini, Ilmu Filsafat mempunyai hubungan erat dalam banyak hal, Ilmu Matematika, berguna dalam ilmu ekonomi sedangkan psikologi dan sosiologi tercermin dalam kesusastraan, sesuatu pelajaran yang tampaknya tidak menarik kalau berdiri sendiri ternyata dapat sangat menarik dalam hubungannya dengan mata pelajaran lainnya.
c. Minat bergantung pada pemahaman oleh karena itu untuk memelihara minat dan kosentrasi seseorang hendaknya melakukan studi secara teratur dan tidak takut untuk menanyakan persoalan-persoalan atau mencari bantuan mengenai soal apa saja yang tidak dipahami.

Tinjauan Tentang Minat Belajar Anak Cocoretan
Hal-hal yang memungkinkan memperkembangkan minat belajar pada anak. .... 5) Selalu mengontrol buku-buku bacaan anak karena kadang-kadang ia menemukan dari ...
luwzee.blog.friendster.com/.../tinjauan-tentang-minat-belajar-anak/ - Tembolok - Mirip

0 komentar:

Posting Komentar