PENGARUH PENELITIAN TINDAKAN KELAS TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs. MA’ARIF KEPIL KABUPATEN WONOSOBO

Jumat, 31 Juli 2009

I.JUDUL: PENGARUH PENELITIAN TINDAKAN KELAS TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs. MA’ARIF KEPIL KABUPATEN WONOSOBO

II.LATAR BELAKANG MASALAH


Guru merupakan pemegang peranan yang amat sentral disektor pendidikan. Tanpa peran aktif guru, kebijakan pembaruan pendidikan secanggih apapun tetap akan sia-sia. Sebagus apapun dan semodern apapun sebuah kurikulum dan perencanaan strategis pendidikan dirancang, jika tanpa ada guru yang berkualitas tidak akan membuahkan hasil optimal artinya pendidikan yang baik dan unggul tetap akan tergantung pada kondisi mutu guru.
Ironisnya, Indonesia termasuk salah satu negara yang jumlah guru berpendidikan primer setara S 1 yang kurang dari 50 persen. Ini berarti dari jumlah 2,7 juta guru, sebanyak 1,35 juta orang guru belum mencapai kualifikasi S1. Laporan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2006 menunjukkan bahwa guru yang memenuhi kualifikasi S1 baru mencapai target 35,6 % saja. Jadi, sebanyak 64,4 % guru belum memenuhi kualifikasi S1. Pada tahun 2007, Departemen Pendidikan Nasional beru berhasil meningkatkan kualifikasi guru hingga S1 sebanyak 81.800 guru dan melakukan sertifikasi sebanyak 147.217 orang.1
Fakta di lapangan tersebut merefleksikan pentingnya peningkatan mutu guru yang harus segera dilaksanakan, mengingat untuk menjadi bangsa yang besar dan berdaya saing tinggi diperlikan SDM yang berkualitas handal, dan professional. Agar dapat mencetak sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas, sector pendidikan harus digarap dengan sungguh-sungguh.
Pendidikan islam pada hakekatnya adalah pendidikan yang berdasarkan atas Al-qur’an dan Sunnah Rasul, bertujuan untuk membantu perkembangan manusia menjadi lebih baik. Pada dasarnya manusia lahir dalam keadaan fitrah. Pendidikan adalah upaya seseorang untuk mengembangkan potensi tauhid agar dapat mewarnai kualitas kehidupan pribadi seseorang.
Tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil, pertebal semangat kebangsaan, dan rasa kesetiakawanan sosial.
Posisi pendidikan agama sebagai proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa serta kualitas hidup manusia berlangsung secara integralistik mendasari bidang-bidang studi lainnya. Untuk merealisasikan tujuan tersebut maka program prioritas pendidikan agama melalui peningkatan kualitas dan kompetensi guru agama dengan kemampuan professional keguruan denagn mempergunakan metode serta kemampuan memilih substansi pendidikan agama.
Namun perangkat input instrumental yang kurang sesuai dengan tujuan pendidikan islam menjadi sumber kerawanan karena :
1.Guru kurang kompeten untuk menjadi tenaga professional pendidikan atau jabatan guru yang disandangnya hanya merupakan pekerjaan alternative terakhir, tanpa menekuni tugas sebenarnya selaku guru yang berkualitas baik.
2.Pendekatan metodelogis guru masih terpaku kepada orientasi tradisionalistis sehingga tidak mampu menarik minat murid kepada pelajaran agama.
3.Kurangnya rasa solidaritas antara guru agama dengan guru bidang studi umum, sehingga timbul sikap memencilkan guru agama yang mengakibatkan pelaksanaan pendidikan agama tersendat-sendat dan kurang terpadu.
4.hubungan guru agama dengan murid hanya bersifat formal, tanpa berkelanjutan dalam situasi informal di luar kelas. Wibawa guru juga hanya terbatas di dalam dinding kelas, tanpa terpengaruh di luar kelas.
Menyikapi hal ini pemerintah tidak tinggal diam, upaya-upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru bidang studi Pendidikan Agama Islam terus dilakukan, salah satunya melalui Penelitian Tindakan Kelas. Permasalahan seputar pembelajaran yang dihadapi guru bidang studi Pendidikan Agama Islam sangat bervariasi dilihat dari keadaan siswa, fasilitas belajar, iklim dan lingkungan sekolah. Dari keempat faktor di atas permasalahan yang dihadapi guru akan berbeda, sehingga Penelitian Tindakan Kelas merupakan cara yang strategis untuk membantu guru mengatasi permasalahan sehari-hari. Maka dari itu penulis tertarik mengangkat judul “ PENGARUH PENELITIAN TINDAKAN KELAS TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs. MA’ARIF KEPIL KABUPATEN WONOSOBO TAHUN PELAJARAN 2008/2009”.

III.PENEGASAN ISTILAH
Sebelum penulis membahas lebih lanjut tentang judul skripsi ini, maka untuk menghindari perbedaan persepsi dalam memahami judul tersebut, peril kiranya penulis kemukakan penegasan istilah, yaitu sebagai berikut :
1.Pengaruh : daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.2
2.Pengaruh Tindakan Kelas: Langkah-langkah (intervensi) yang dilakukan secara terencana dan sisitematis untuk melakukan perbaikan atau peningkatan pembelajaran.3
3.Profesinalitas Guru : Seperangkat fungsi dan tugas lapangan pendidikan berdasarkan fungsi dan tugas dalam lapangan pendidikan, berdasarkan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus di bidang pekerjaan yang mampu menekuni bidang profesinya selama hidupnya.4
4.Bidang Studi Pendidikan Agama Islam: Kumpulan dari beberapa mata pelajaran agama islam5. Yaitu Alqur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa Arab.
5.MTs. Ma’arif Kabupaten Wonosobo merupakan Pendidikan Ma’arif NU Desa Kepil, Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo, Jalan Prworejo Km. 26 Kode Pos 56374 dan sebagai tempat penelitian pembuatan skripsi ini.

IV.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan pokok permasalahan yang akan penulis angkat dalam penelitian lapangan di MTs. Ma’arif Kepil, Kabupaten Wonosobo, Tahun pelajaran 2008/2009 adalah :
1.Bagaimanakah pelaksanaan penelitian tindakan kelas oleh guru-guru bidang studi Pendidikan Agama Islam di MTs Ma’arif Kepil, Kabupaten Wonosobo?
2.Bagaimanakah tingkat profesionalitas guru bidang studi Pendidikan Agama Islam di MTs. Ma’arif kepil, Kabupaten Wonosobo?
3.Sejauh manakah pengaruh penelitian tindakan kelas dengan profesionalitas guru Pendidikan Agama Islam di MTs. Ma’arif Kepil, Kabupaten Wonosobo?

V.TUJUAN PENELITIAN
Denagan menyimak pokok permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.Untuk mengetahui pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas oleh guru-guru bidang studi Pendidikan Agama Islam di MTs. Ma’arif Kepil, Kabupaten Wonosobo.
2.Untuk mengetahui tingkat profesionalitas guru bidang studi Pendidikan Agama Islam di MTs. Ma’arif Kepil, Kabupaten Wonosobo.
3.Untuk mengetahui pengaruh penelitian tindakan kelas dengan profesionalitas guru bidang studi pendidikan agama islam di MTs. Ma’arif Kepil, Kabupaten Wonosobo.

VI.HIPOTESIS
Hipotesis adalah mendalami permasalahan dengan seksama serta menetapkan anggaran dasar membuat teori sementara yang kebenarannya masih peril diuji (di bawah kebenaran).6
Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “ Ada pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan profesionalitas guru bidang studi pendidikan agama islam di MTs. Ma’arif Kepil Kabupaten Wonosobo, tahun pelajaran 2008/2009.

VII.LANDASAN TEORI
A.Penelitian Tindakan Kelas
1.Pengertian Penelitian Tindakan Kelas 
Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan secara terencana dan sistematis untuk melakukan perbaikan atau peningkatan pembelajaran yang terjadi di dalam suatu kelas.7
2.Konsep Pokok Penelitian Tindakan Kelas 
Konsep pokok penelitian tindakan kelas terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah-langkah, yaitu:
a.Menyusun rancangan tindakan kelas dan dikenal dengan perencanaan, yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
b.Pelaksanaan tindakan yaitu implementasi atau penerapan di dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
c.Pengamatan yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan.
d.Refleksi atau pantulan, yaitu kegiatan untuk mengemukakan apa yang sudah terjadi.8
B.Profesionalitas Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam.
1.Pengertian Profesionalitas Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam.
Profesinalitas guru bidang studi pendidikan agama islam adalah suatu pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikankhusus atau latihan khusus di bidang agama islam.9
2.Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam tugas profesionalitas guru bidang studi pendidikan agama islam:
a.Profesi harus dapat memenuhi kebutuhan social berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah yang dapat diterima oleh masyarakat.
b.Harus diperoleh melalui latihan cultural dan professional yang cukup memahami.
c.Menguasai perangkat ilmu pengetahuan yang sistematis dan kekhususan.
d.Harus dapat membuktikan skill yang diperlukan masyarakat dimana kebanyakan orang tidak memiliki skill tersebut.
e.Memenuhi syarat-syarat penilaian terhadap penampilan dalam pelaksanaan tugas dilihat dari segi waktu dan cara kerja.
f.Harus dapat mengembangkan teknik-teknik ilmiah dari hasil pengalaman yang teruji.
g.Harus menunjukkan kepada masyarakat bahwa anggota profesionalnya menjunjung tinggi dan menerima kode etik profesionalnya.

VIII.METODE PENELITIAN
 Guna memperoleh data dan informasi secara lengkap, akurat, dan konkret, maka penulis menggunakan metode-metode penelitian sebagai berikut :
A.Metode pengumpulan data
Ada pengumpulan data yaitu :
1.Angket atau kuosioner
 Kuosioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.10 Angket diberikan kepada guru yang diambil sample untuk memperoleh data tentang pengaruh penelitian tindakan kelas terhadap profesionalitas guru bidang studi Pendidikan Agama Islam di MTs. Ma’arif kepil,Kabupaten Wonosonbo.
2.Wawancara atau Interview
 Interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawanvara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.11 Wawancara yang dilaksanakan guna memperoleh informasi atau data yang bersumber dari Kepala MTs. Ma’arif Kepil, Kabupaten Wonosobo mengenai ruang lingkup.
3.Pengamatan atau Observasi
 Observasi merupakan aktiva yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata.12 Pengamatan dilakukan pada saat kegiatan belajar-mengajar sedang berlangsung. Juga mencakup seluruh kegiatan di MTs. Ma’arif Kepil, Kabupaten Wonosobo.
4.Dokumentasi

 Dokumentasi artinya barang-barang tertulis.13 Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, notulen rapat, catatan harian.


B.Metode Menentukan Objek
1.Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.14 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh guru bidang studi pendidikan agama islam di MTs. Ma’arif Kepil, Kabupaten Wonosobo. Adapun jumlah populasinya adalah 7 orang.
2.Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.15 Sampel diambil dari semua populasi yang berjumlah 7 orang guru bidang studi pendidikan agama islam di MTs. Ma’arif Kepil, Kabupaten Wonosobo.
C.Variabel Penelitian
Sutrisno Hadi mendefinisikan variable sebagai gejala yang bevariasi16. Variabel penelitian berfungsi sebagai pembeda antar variable yang satu dengan variable yang lainnya. Variabel dalam penelitian ini adalah :
1.Variabel Bebas (X)
 Variable bebas yaitu pelaksanan penelitian tindakan kelas dengan indikator sebagai berikut :
a.Perencanaan
b.Tindakan
c.Pengamatan
d.Refleksi
2.Variabel Terikat
 Variabel terikat yaiti profesionalits Guru Bidang Studi Pendidikan agama Islam, dengan indicator sebagai berikut :
a.Penguasaan materi pelajaran
b.Kemampuan variasi metode pembelajaran
c.Pelaksanaan evaluasi yang efektif
D.METODE ANALISIS DATA
Dengan menganalisis data yang sudah terkumpul, penulis menggunakan analisis secara bertahap agar lebih memudahkan dalam menginterpretasikan untuk mencapai makna yang lebih tepat. Adapun tahap analisi yang dimaksud adalah :
1.Uji Validitas dan uji reliabilitas
a.Uji validitas
 Validitas dilakukan guna mencapai kesahihan data yang dibatasi sehingga tingkat kemampuan suatu instrument untuk mengungkap sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment, yaitu :

rxy =

n( ∑xy – ( ∑x ) ( ∑y)

√{(n∑x² - ( ∑x )2 } {n∑y2 - ( ∑y ) 2}
rxy = Koefisien Korelasi
y = Variable Dependent
x = Variable Independent
n = Jumlah sample
b. Uji Reabilitas
Dalam menghitung reliabilitas dengan teknik ini peneliti harus memulai langkah membuat table analisis butir soal, oleh karena itu teknik Spreman B dalam mencari reliabilitas menggunakan rumus17.
Rtot = 2 ( r.tt )
  1 + r. tt

Rtot = Angka reliabilitas keseluruhan item
Rtt = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua
2.Analisis Data
Penulis menggunakan peneliti deskriptif dengan menggunakan analisis korelasi product moment :

rxy =

n( ∑xy – ( ∑x ) ( ∑y)

√{(n∑x² - ( ∑x )2 } {n∑y2 - ( ∑y ) 2}
rxy = Koefisien korelasi
y = Variabel dependent
x = Variable Independent
n = Jumlah sample

IX. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI


Sistematika penulisan skripsi ini merupakan gambaran umum dari urutan pembahasan skripsi. Untuk lebih memudahkan pembaca dalam memahami isi pembahasan skripsi ini, maka penulis membuat urutan sistematika sebagai berikut :
Bagian pertama terdiri dari halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar tabel, dan halaman daftar lampiran.

Bagian Kedua terdiri dari :


BAB I
:

Berisi pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, hipotesis, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. 


BAB II
:
Penelitian tindakan kelas, yaitu pengertian penelitian tindakan kelas, sasaran objek penelitian tindakan kelas, laporan penelitian tindakan kelas. Profesionalisme guru bidang studi pendidikan agama islam, yaitu pengertian profesionalitas guru bidang studi pendidikan agama islam, syarat-syarat guru bidang studi pendidikan agama islam yang professional, kegiatan profesionalitas guru pendidikan agama islam, peranan dan fungsi profesionalitas guru pendidikan agama islam dalam pendidikan, pengaruh penelitian tindakan kelas terhadap profesionalitas guru bidang studi pendidikan agama islam.
BAB III
:
Laporan tentang pengaruh penelitian tindakan kelas terhadap profesionalisme guru bidang studi pendidikan agama islam di MTs. Ma’arif Kepil, Kabupaten Wonosobo, tahun pelajran 2008/2009, meliputi gambaran umum lokasi penelitian yaitu tinjauan strategis, struktur organisasi, keadaan guru, keadaan siswa, sarana prasarana.
Gambaran khusus terdiri dari : penelitian tindakan kelas, meliputi : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Profesionalitas guru bidang studi pendidikan agama islam meliputi: penguasaan materi pelajaran, metode pembelajaran dan evaluasi.
BAB IV
:
Analisis pengaruh penelitian tindakan kelas terhadap profesionalitas guru bidang studi pendidikan agama islam di MTs. Ma’arif Kepil, Kabupaten Wonosobo meliputi : analisis uji validitas dan uji reliabilitas dan analisis data.
Bagian Ketiga terdiri dari daftar pustaka, daftar lampiran dan daftar riwayat hidup.

Demikian sistematika penulisan skripsi ini yang penulis sajikan dengan harapan terhindar dari terjadinya kesalahan dalam penyusunan sub-sub yang tertera dalam penulisan skripsi ini.


DAFTAR PUSTAKA



Departemen Agama RI
-Strategi Pembelajaran Kurikulum 1994 Mata Pelajaran Agama Islam, DEPAG RI, Jakarta, 2000.
Kamisa, Drs
-Kamus Lengkap bahasa Indonesia, Kartika, Surabaya
Lantip Institute Yogyakarta
-Penelitian Tindakan Kelas, Lantip Institute, Yogyakarta, 2008.
Lesley kydd, dkk
-Pengembangan Profesinal Untuk Manajemen Pendidikan, Grasindo, Jakarta, 2004
Lexy j. Moleong. Prof. H.M.A
-Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rodakarya, Bandung,2008
Muzayyin Arifin, Prof. H.M.Ed
-Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2003
M. Surya.H
-Kapita Selekta Kependidikan SD, Universitas Terbuka, Jakarta, 2006
Purwanto. M.Pd.
-Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007,
Suharsimi Arikunto Prof. Dr.
 -Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, 2006
Suwarsih Madya, Prof.Ph.D
-Penelitian Tindakan, Alfabeta, Bandung, 2006







   


RANCANGAN DAFTAR ISI SKRIPSI
Halaman Judul
Halaman Nota Pembimbing
Halaman Pengesahan
Halaman Motto
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Isi Tabel
Daftar Isi Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
B.Penegasan Istilah
C.Rumusan Permasalahan
D.Tujuan Penelitian
E.Hipotesis
F.Metode Penelitian

G.Sistematika Penulisan Skripsi


BAB II PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN PROFESIONALITAS GURU BIDANG STUSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


A.Penelitian Tindakan Kelas
1.Pengertian Penelitian tindakan Kelas
2.Sasaran Objek Penelitian Tindakan Kelas
3.Laporan Penelitian Tindakan Kelas
B.Profesionalitas Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
1.Pengertian Profesionalitas Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
2.Syarat-syarat Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam yang Profesional
3.Kegiatan Peningkatan Prifesionalitas guru Bidang studi Pendidikan Agama Islam 
4.Peranan dan Fungsi Profesionalitas Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam

C.Penagruh Pelaksanaan Penelitian Tindakan kelas Terhadap Profesionalitas guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam.


BAB III HASIL PENELITIAN DI MTs. MA’ARIF KEPIL KABUPATEN WONOSOBO TAHUN PELAJARAN 2008/2009


A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1.Tinjauan Strategis
2.Struktur Organisasi
3.Keadaan Guru dan Siswa
4.Sarana dan Prasarana
B.Gambaran Khusus
1.Penelitian Tindakan Kelas di MTs. Ma’arif Kepil, Kabupaten Wonosobo

2.Profesionalitas Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam


BAB IV ANALISIS PENGARUH PENELITIAN TINDAKAN KELAS TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BIDANG STUDI PENDDIDIKAN AGAMA ISLAM


A.Analisis Pendahuluan
B.Analisis uji Hipotesis
C.Analisis Lanjutan
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran-saran
C.Kata Pengantar
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN



RANCANGAN INSTRUMEN PENELITIAN 

Nama : ……………………………..
Jabatan : ……………………………..
Jenis Kelamin : ……………………………..
Petunjuk
a.Tulislah lebih dahulu nama, jabatan, dan jenis kelamin
b.Bacalah pertanyaan-pertanyaan ini dengan teliti
c.Berilah tanda silang (X) pada jawaban A,B,C, dan D untuk jawaban yang paling benar dan jawaban akan dijamin kerahasiaannya.

Variabel: Penelitian Tindakan Kelas
A.Perencanaan
1.Apakah Bapak, Ibu selalu membuat persiapan media pengajaran sebelum mengajar?
a.Selalu membuat persiapan media pengajaran sebelum mengajar 
b.Sering membuat persiapan media pengajaran sebelum mengajar
c.Kadang-kadang membuat persiapan media pengajaran sebelum mengajar
d.Tidak Pernah membuat persiapan media pengajaran sebelum mengajar
2.Apakah Bapak, Ibu selalu menyusun program kegiatan belajar mengajar?
a.Selalu menyusun program kegiatan belajar mengajar
b.Sering menyusun program kegiatan belajar mengajar
c.Kadang-kadang menyusun program kegiatan belajar mengajar
d.Tidak Pernah menyusun program kegiatan belajar mengajar
3.Sebelum mengajar apakah Bapak, Ibu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran?
a.Selalu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
b.Sering membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
c.Kadang-kadang membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
d.Tidak Pernah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
B.Tindakan
4.Sebagai guru, apakah Anda disiplin datang tepat pada waktunya?
a.Selalu disiplin datang tepat pada waktunya 
b.Sering disiplin datang tepat pada waktunya
c.Kadang-kadang disiplin datang tepat pada waktunya
d.Tidak Pernah disiplin datang tepat pada waktunya
5.Apakah Anda selalu menyapa siswa dengan sopan?
a.Selalu menyapa siswa dengan sopan
b.Sering menyapa siswa dengan sopan
c.Kadang-kadang menyapa siswa dengan sopan
d.Tidak Pernah menyapa siswa dengan sopan
6.Setelah memberikan contoh, apakah anda memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih sesuai dengan contoh?
a.Selalu memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih sesuai dengan contoh
b.Sering memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih sesuai dengan contoh
c.Kadang-kadang memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih sesuai dengan contoh
d.Tidak Pernah memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih sesuai dengan contoh

C.Pengamatan
7.Apakah anda memahami kesehatan siswa yang dapat mengganggu perkembangan belajarnya?
a.Selalu memahami kesehatan siswa yang dapat mengganggu perkembangan belajarnya
b.Sering memahami kesehatan siswa yang dapat mengganggu perkembangan belajarnya
c.Kadang-kadang memahami kesehatan siswa yang dapat mengganggu perkembangan belajarnya
d.Tidak pernah memahami kesehatan siswa yang dapat mengganggu perkembangan belajarnya
8.Dalam proses belajar-mengajar, apakah Anda memberikan kecakapan kepada siswa untuk memecahkan soal-soal yang diberikan Anda kepada siswa?
a.Selalu memberikan kecakapan kepada siswa untuk memecahkan soal-soal yang diberikan kepada siswa
b.Sering memberikan kecakapan kepada siswa untuk memecahkan soal-soal yang diberikan kepada siswa
c.Kadang-kadang memberikan kecakapan kepada siswa untuk memecahkan soal-soal yang diberikan kepada siswa
d.Tidak Pernah memberikan kecakapan kepada siswa untuk memecahkan soal-soal yang diberikan kepada siswa
9.Apakah Anda memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi dalam kegiatan kemasyarakatan?
a.Selalu memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi dalam kegiatan kemasyarakatan
b.Sering memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi dalam kegiatan kemasyarakatan
c.Kadang-kadang memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi dalam kegiatan kemasyarakatan
d.Tidak Pernah memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi dalam kegiatan kemasyarakatan

D.Refleksi
10.apakah Bapak, Ibu selalu memberikan post test kepada siswa sebelum menutup pelajaran?
a.Selalu memberikan post test kepada siswa sebelum menutup pelajaran
b.Sering memberikan post test kepada siswa sebelum menutup pelajaran
c.Kadang-kadang memberikan post test kepada siswa sebelum menutup pelajaran
d.Tidak Pernah memberikan post test kepada siswa sebelum menutup pelajaran
11.Apakah Anda memberikan tugas tambahan dalam pelajaran tertentu atau pengajaran perbaikan?
a.Selalu memberikan tugas tambahan dalam pelajaran tertentu atau pengajaran perbaikan
b.Sering memberikan tugas tambahan dalam pelajaran tertentu atau pengajaran perbaikan
c.Kadang-kadang memberikan tugas tambahan dalam pelajaran tertentu atau pengajaran perbaikan
d.Tidak Pernah memberikan tugas tambahan dalam pelajaran tertentu atau pengajaran perbaikan
12.Apakah Anda meminta teman sebaya yang lebih pandai untuk membantu dalam belajar?
a.Selalu meminta teman sebaya yang lebih pandai untuk membantu dalam belajar
b.Sering meminta teman sebaya yang lebih pandai untuk membantu dalam belajar
c.Kadang-kadang meminta teman sebaya yang lebih pandai untuk membantu dalam belajar
d.Tidak pernah meminta teman sebaya yang lebih pandai untuk membantu dalam belajar

Variabel : Profesionalitas Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
A.Penguasaan Materi Pelajaran
13.Sebagai guru, Anda senantiasa belajar secara terus-menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuan?
a.Selalu senantiasa belajar secara terus-menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuan
b.Sering senantiasa belajar secara terus-menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuan
c.Kadang-kadang senantiasa belajar secara terus-menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuan
d.Tidak Pernah senantiasa belajar secara terus-menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuan
14.Apakah Bapak Ibu selalu mengamalkan kaidah-kaidah agama dalam berbagai aspek?
a.Selalu mengamalkan kaidah-kaidah agama dalam berbagai aspek
b.Sering mengamalkan kaidah-kaidah agama dalam berbagai aspek
c.Kadang-kadang mengamalkan kaidah-kaidah agama dalam berbagai aspek
d.Tidak Pernah mengamalkan kaidah-kaidah agama dalam berbagai aspek
15.Sebagai pengelola pembelajaran, seorang guru apakah anda dapat menciptakan suasana yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar dengan kualitas yang lebih baik?
a.Selalu dapat menciptakan suasana yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar dengan kualitas yang lebih baik
b.Sering dapat menciptakan suasana yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar dengan kualitas yang lebih baik
c.Kadang-kadang dapat menciptakan suasana yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar dengan kualitas yang lebih baik
d.Tidak Pernah dapat menciptakan suasana yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar dengan kualitas yang lebih baik

B.Kemampuan Variasi Metode Pembelajaran
16.Sebagai pembimbing, apakah Anda mampu memilih macam-macam metode yang bervariasi sesuai keperluan pembelajaran?
a.Selalu mampu memilih macam-macam metode yang bervariasi sesuai keperluan pembelajaran
b.Sering mampu memilih macam-macam metode yang bervariasi sesuai keperluan pembelajaran
c.Kadang-kadang mampu memilih macam-macam metode yang bervariasi sesuai keperluan pembelajaran
d.Tidak Pernah mampu memilih macam-macam metode yang bervariasi sesuai keperluan pembelajaran
17.Apakah Bapak, Ibu selalu mendiskusikan masalah-masalah secara baik sebelum kegiatan belajar berakhir?
a.Selalu mendiskusikan masalah-masalah secara baik sebelum kegiatan belajar berakhir
b.Sering mendiskusikan masalah-masalah secara baik sebelum kegiatan belajar berakhir
c.Kadang-kadang mendiskusikan masalah-masalah secara baik sebelum kegiatan belajar berakhir
d.Tidak Pernah mendiskusikan masalah-masalah secara baik sebelum kegiatan belajar berakhir

C.Pelaksanaan Evaluasi yang Efektif
18.Apakah Bapak, Ibu memberikan tugas-tugas yang menarik minat siswa, terutama apabila mereka bekerja secara bebas?
a.Selalu memberikan tugas-tugas yang menarik minat siswa, terutama apabila mereka bekerja secara bebas
b.Sering memberikan tugas-tugas yang menarik minat siswa, terutama apabila mereka bekerja secara bebas
c.Kadang-kadang memberikan tugas-tugas yang menarik minat siswa, terutama apabila mereka bekerja secara bebas
d.Tidak Pernah memberikan tugas-tugas yang menarik minat siswa, terutama apabila mereka bekerja secara bebas
19.Dalam evaluasi, anda menggunakan teknik-teknik yang memberikan kemudahan perpindahan secara berangsur dari aktifitas yang konkret ke yang lebih abstrak?
a.Selalu menggunakan teknik-teknik yang memberikan kemudahan perpindahan secara berangsur dari aktifitas yang konkret ke yang lebih abstrak
b.Sering menggunakan teknik-teknik yang memberikan kemudahan perpindahan secara berangsur dari aktifitas yang konkret ke yang lebih abstrak
c.Kadang-kadang menggunakan teknik-teknik yang memberikan kemudahan perpindahan secara berangsur dari aktifitas yang konkret ke yang lebih abstrak
d.Tidak pernah menggunakan teknik-teknik yang memberikan kemudahan perpindahan secara berangsur dari aktifitas yang konkret ke yang lebih abstrak
20.Apakah Bapak, Ibu Menggunakan campuran pertanyaan dari peringkat yang rendah ke tinggi?
a.Selalu Menggunakan campuran pertanyaan dari peringkat yang rendah ke tinggi
b.Sering Menggunakan campuran pertanyaan dari peringkat yang rendah ke tinggi
c.Kadang-kadang Menggunakan campuran pertanyaan dari peringkat yang rendah ke tinggi
d.Tidak pernah Menggunakan campuran pertanyaan dari peringkat yang rendah ke tinggi
 

  

BIMBINGAN KONSELING SEBAGAI PROFESI

BAB I
PENDAHULUAN


Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan boleh dibilang sukses dan perlu mendapat apresiasi dari semua lapisan masyarakat, khususnya kalangan akademisi. Upaya tersebut memang harus diselenggarakan untuk memperkembangkan pelayanan bimbingan konseling kearah pemenuhan persyaratan profesi, yaitu berkenaan dengan unjuk kerja konselor, penyiapan konselor, akreditas, lembaga pendidikan konselor, sertifikasi dan instansi, serta pengembangan organisasi profesi.
Namun, sayangnya terobosan di atas masih menuangkan setumpuk problematika. semisal, beberapa besar guru yang mendapatkan kesempatan kesempatan yang lebih tinggi dengan biaya pemerintah terhadap kualitas peserta didiknya, beberapa besar kepedulian guru yang mampu menjalankan tugasnya (mendidik, mengajar, melatih dan menilai ) siswa secara objektif dan mandiri.
Problematika tersebut menjadi ajang kontra antara suatu pihak dengan pihak lain . Pemerintah menganggap banyak guru tidk brkualitas, guru menuding pemerintah tidak serius menangani pendidikan dan orang tua siswa menuding pemerintah dan guru sama –sama tidak professional dalam melakukan konsep pendidikan idial yang berorientasi dalam melakukan konsep pendidikan ideal yang berorientasi dalam pembentukan pola pikir prilaku dan keterampilan.









BAB II
PEMBAHASAN


A.Pengertian dan ciri-ciri profesi 
1.Pengertian profesi
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dengan para petugasnya . Akhirnya pekerjaan yang disebut profesi itu tidak bias dilakukan oleh orang yang tidak berlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan tersebut.
2.Ciri-ciri profesi
Syarat-syarat atau cirri-ciri utama dari suatu profesi sebagai berikut:
a.Suatu profesi merupakan suatu jabatan suatu pekerjaan yang memiliki fungsi dan kebermaknaan sosial yang sangat menentukan .
b.Untuk mewujudkan fungsi tersebut pada butir di atas anggotanya harus menampilkan pelayanan yang khusus yangyang didasarkan teknik-teknik intelektual, dan keterampilan tertentu yang unik.
c.Penampilan pelayanan tersebut bukan hanya dilakukan secara ruti saja, melainkan bersifat pemecahan masalah atau penanganan situasi sityuasi kritis yang yang menuntut pemacahan dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
d. Pra anggotanya secara tegas dituntus memiliki kompetensiminimum melalui prosedur seleksi, pendidikan dan pendidikan dan latihan serta lisensi ataupun sertifikasi
e.Standar tingkah laku bagi anggotanya dirumuskan secara tersurat melalui kode etik yang benar-benar diterapkan.
f.Selama dalam pekerjaan itu para anggotanya terus menerus berusaha menyegarkan dan meningkatkan kompetisinya dengan jalan meningkatkan secara cermat literatur dalam bidang pekerjaan itu, serta berperan secara aktif dalam pertemuan –pertemuan sesama anggotanya.

B.Pengembangan Profesi bimbingan dan konseling 
Sebagai profesi yang handal. Bimbingan dan konselingn masih perlu dikembangkan bahkan diperjuangkan.
Pengembangan profesi bimbingasn dalam konseling antara lain melalui :
1.Standarisasi unjuk kerja professional konselor.
a.Mengajar dalam bidang psikologi dan bimbingan konseling (BK).
b.Mengorganisasikan progam bimbingan dan konseling
c.Menyusun progam bimbingan dan konseling
d.Menyelenggarakan pengumpulan data tentang minat, bakat, kemampuan dan kondisi pribadi.
e.Membantu guru bidang studi ndalam menyelenggarakanpengajaran perbaikan dan progam pengayaan.
f.Menyelenggarakan bimbingan kelompok belajar
g.Melakukan kunjungan rumah.
h.Menyelenggarakan kegiatan BK pada lingkungan yang berbeda.
i.Berpartisipasi aktif dalam pengembangan profesi BK.
2.Standardisasi penyiapan konselor 
Tujuan penyiapan konselor ialah agar para(calon) konselor memiliki wawasan dan menguasai , serta dapat melaksanakan dengan sebaik-baiknya materi dan keterampilan yang terkandung di dalam butir-butir rumusan unit kerja.
Adapun standarisasi penyiapan konselor adalah:
a. Seleksi/penerimaan mahasiswa
Seleksi atau pemilihan calon mahasiswa merupakan tahap awal dalam proses penyiapan konselor. Adapun syarat-syarat pribadio yang harus dimiliki oleh konselor sebagai berikut :
1). Memiliki bakat yang memadai untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi.
2)Memiliki minat dan kemauan yang besar untuk bekerjasama dengan orang lain.
3)Memiliki kemampuan untuk bekerja dengan orang – orang dari berbagai latar belang.
4)Memiliki kemanfaatan pribadi dan sosial.
b. Pendidikan konselor
Untuk melaksanakan tugas – tugas dalam bidang bimbingan dan konseling, yaituunjuk kerja konselor secara baik para konselor dituntut memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memadai. Pendidikan konselor mengacu kepada standar kemampuan konselor yang meliputi :
1). Materi intii yaitu materi tentang pertumbuhan dan perkembangan individu, dasar-dasar ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
2). Studi lingkungan dan studi kasus, yaitu materi tentanng studi lingkungan dan materi khusus sesuai dengan keperluan mahasiswa untuk bekerja di lingkungan tertentu.
3). Berpengalaman tersupervisi, Yaitu praktek langsung pelayanan BK melalui praktek pengalaman lapangan yang sesuai cita-cita mahasiswa.
c. Akreditasi
Lembaga pendidikan konselor perlu diakreditasi untuk menjamin mutu lulusanya .
Tujuan pokok akreditas 
1). Untuk menilai bahwa progam yang ada memenuhi standar yang ditatapkan oleh prifesi.
2). Untuk menegaskan misi dan tujuan progam.
3). Untuk menarik calon konselor dan tenaga pengajar yang bermutu tinggi.
4). Memungkinkan mahasiswa dan staf pengajar berperan serta dalam evaluasi program secara intensif.
5). Untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat pandidikan, masyarakat profesi dan masyarakat pada umumnya tentang kemantapan palayanan BK.
d. Sertifikasi dan Lisensi
Sertifikasi merupakan upaya lebih lanjut untuk lebih memantapkan dan menjamin profesionalisasi BK. Para lulusan pendidikan konselor yang bekerja di lembaga-lembaga pemerintah, misalnya di sekolah, diharuskan menempuh program sertifikasi yang diselenggarakan oleh pemerintah, sedangkan mereka yang hendak bekerja di luar lembaga atau badan pemerintah diwajibkan memperoleh lisensi dari organisasiprofesional BK.
e. Pengembangan Organisasi Profesi
Organisasi profesi adalah himpunan orang-orang yang mempunyai profesi yang sama. Tujuan organisasi profesi adalah :
1). Pengembangan ilmu
2). Pengembangan pelayanan
3). Penegakan kode etik professional












BAB III
KESIMPULAN

Suatu pekerjaan disebut profesi apabila pekerjaan itu memenuhi sejumlah ciri atau persyaratan, baik dilihat dari fungsi dan maknanya, penampilan kegiatannya terhadap sasaran layanan dasar-dasar keilmuan yang dimilikinya, kompetensi para pekerjaannya, penyiapan para calon pekerjaannyauntuk mampu menyelenggarakan pekerjaan itu, kode etiknya, serta sikap para pekerja terhadap pengembangan pekerjaan itu.
Pendidikan konselor yang bersifat pra jabatan dan berjenjang pendidikan tinggi memakan waktu yang cukup lama, minimum empat tahun yaitu jenjang strata satu (S1). Pengembangan kemampuan yang mantap tidak hanya dari segi ilmu dan keterampilannya saja, tetapi juga dari segi pengembangan pribadi yang meliputi kemampuan berkomunikasi, sikap, penerapan nilai-nilai serta tanggung jawab melaksanakan tugas professional.
Program akreditasi, sertifikasi dan lisensi merupakan upaya agar pelayanan BK itu benar-benar professional, sejak dari pendidikan konselornya sampai kepada penempatannya di lapangan kerja, baik di lembaga-lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Organisasi dalam mengupayakan profesionalitas anggota dan pelayanannya, melalui pengembangan ilmu, pengembangan pelayanan, dan penegak kode etik, sehingga organisasi profesi itu perlu benar-benar taat asas dengan profesionalitasnya.

DAFTAR PUSTAKA
 
Handout,
-
Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas,Lantip Institute, 2008.
Prayitno, Prof Dr. H M.Sc. Ed
-
Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. PT Asdi Mahasatya, 1997.



Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 
Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. 
Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]
Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]
Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]
Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 
Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. 
Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]
Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]
Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]
Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 
Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. 
Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]
Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]
Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]
Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 
Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. 
Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]
Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]
Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]
Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 
Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. 
Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]
Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]
Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]
Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 
Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. 
Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]
Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]
Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]
Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 
Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. 
Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]
Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]
Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]
Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 
Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. 
Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]
Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]
Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]
Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 
Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. 
Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]
Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]
Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]
Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 
Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. 
Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]
Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]
Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]
edrizal_08 putra: minat siswa belajar pendidikan agama Islam di ...
Sedangkan penulis membahas tentang minat siswa belajar pendidikan agama Islam dibandingkan minat belajar ilmu kejuruan di SMK ni Lintau Buo. Dalam bukunya ...
putrabungsu-yahoo.blogspot.com/.../minat-siswa-belajar-pendidikan-agama_24.html - Tembolok - Mirip


Menumbuhkan minat belajar anak membutuhkan proses yang tidak instan. Pertama menumbuhkan terlebih dahulu rasa butuh akan manfaat suatu pelajaran. Misalnya ketika orangtua berharap anak memiliki kesadaran belajar PKN. Sebelum ditanya PR, perlu sesekali tanyakan ”adakah yang menarik di kelas...? siapa teman yang kamu sukai dan tidak sukai...? kenapa kamu menyukai atau tidak menyukai...? apa yang kamu lakukan pada mereka ? ada gak pelajaran yang membahas kerukunan? ”. Menurut kamu apa manfaatnya setelah belajar kerukunan ?.” 

Kedua menjadikan anak sebagai partner belajar. Tidak selamanya orangtua harus selalu tampak pintar, adakalanya perlu sesekali kelihatan bodoh dan tidak tahu untuk memancing penjelasan anak. Hal ini bisa mendorong anak untuk lebih percaya diri dan mencari sebanyak mungkin informasi baik dari guru, buku bacaan maupun media elektronik yang tersedia. Misalnya ” lho papa kok baru denger ya ada nama propinsi baru, memang di pelajaran IPS yang kamu pelajari ada berapa propinsi di Indonesia ” ?

Ketiga, Kunjungan edukasi keluarga. Tidak harus mahal dan menggunakan perijinan yang rumit.. Sesekali ajak anak ke pasar tradisional untuk melalukan transaksi jual beli. Karena selama ini jika ke Mall, belanja menjadi sangat individualis tanpa ada transaksi yang melibatkan emosi dan sosialisai. Datangkan langsung ke sumber-sumber kehidupan sehari-hari.misalnya peternakan sapi, kemudian dilanjutkan ke pabrik pembutan susu. Dia belajar proses proses produksi – distribusi sampai konsumsi. Dorong anak tidak selamanya menjadi konsumen tetapi perlu menjadi produsen. Hal ini akan mengurangi gaya hidup konsumtif dan meningkatkan nilai produktivitas SDM yang akan datang. . Misalnya membuat kertas daur ulang atau menyediakan bibit tanaman buah-buahan. 

Keempat, menjadikan anak sebagai pelopor. Seringkali memulai kebaikan memang tidak mudah. Misalnya dalam global warming, di sekolah mereka sudah belajar teorinya. Tapi bagaimana anak juga juga menyelaraskan teori dengan aksi. Maka latihlah menjadi anak yang ”beda’. Jika kebanyakan anak berangkat diantar mobil, sepeda motor atau mobil angkutan. Maka latihlah sesekali menggunakan sepeda atau dengan jalan kaki jika jaraknya dekat. Selain sehat juga mengurangi polusi udara yang menimbulkan efek rumah kaca. Tidak hanya sendiri tapi orangtuapun memulai gerakan yang sama. 

Keempat tahap diatas membutuhkan kerja sama serta komunikasi yang intensif antara sekolah dan rumah (orangtua). Keduanya memiliki hubungan yang komplementer (saling melengkapi) bukan saling menggantungkan. Guru atau sekolah tidak hanya menjadikan orang tua atau rumah sebagai kambing hitam ketidakmampuan dan kemalasan anak dalam belajar begitupun orangtua tidak menggantungngkan 100 % tercapainya tujuan pendidikan lewat sekolah.(era) 
Terakhir Diperbaharui ( Thursday, 12 June 2008 ) 
  
SD Muhammadiyah 4 Surabaya | Sekolah Teladan Nasional ...
Menumbuhkan minat belajar anak membutuhkan proses yang tidak instan. ... informasi baik dari guru, buku bacaan maupun media elektronik yang tersedia. ...
sdm4sby.com/index.php?option=com_content... - Tembolok - Mirip



22 April 2009
Berita Mitra : MENAMBAH PENGETAHUAN DENGAN MEMBACA 
SUMBER: KEDAULATAN RAKYAT (27 Maret 2009) Perpus Wonosobo KABUPATEN Wonosobo, patut dijadikan percontohan bagi pengembangan perpustakaan di Jawa Tengah, karena reputasinya. Prestasinya, pada tahun 2005 perpustakaan Wonosobo meraih juara I Lomba Perpustakaan Tingkat Jawa Tengah dan juara II tingkat nasional. Kemudian tahun 2008, perpustakaan Desa Kebrengan Wonosobo meraih juara I lomba perpustakaan desa tingkat propinsi. Menurut Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Jateng Urip Sihabudin SH MH, keistimewaan pengembangan perpustakaan di Wonosobo, pada aspek kelembagaan yang mapan. Keberadaan perpustakaan di Wonosobo berkolaborasi dengan PKK dan Karang Taruna setempat. Bahkan tahun 2005, Pemkab Wonosobo menganggarkan dana pengembangan perpustakaan melalui Alokasi Dana Desa (ADD). Selain itu, perpustakaan di Wonosobo, rata-rata juga memiliki lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Di Wonosobo terdapat perpustakaan yang tersebar di beberapa kecamatan. Salah satunya Perpustakaan Srikandi di Kelurahan Andongsili, Mojotengah, Wonosobo. Kepala Perpustakaan Srikandi Dra Eko Hartati mengatakan perpustakaan ini berdiri pada 10 April 2005, atas prakarsa Tim Penggerak PKK Andongsili. Paradigma yang dikembangkan, di era globalisasi, seorang ibu dituntut berpengetahuan dan berwawasan luas, supaya dapat berperan dalam meningkatkan taraf hidup keluarga. Dalam memberi pelayanan kepada masyarakat, Perpustakaan Srikandi menerapkan sistem komputerisasi dan memiliki koleksi 5000 judul buku. Bentuk pelayanannya, selain peminjaman buku juga memiliki fasilitas audio visual, buku referensi, internet, kursus menulis, seni lukis, aneka mainan anak dan kegiatan story telling. Perpustakaan lainnya, Perpustakaan Ganesha di Desa Jolontoro, Sapuran. Perpustakaan ini berkembang menjadi rumah belajar. Kepala Perpustakaan Ganesha Nur Khamid menyatakan perpustakaannya berdiri 2005, dipelopori PKK setempat. Kemudian pada September 2006, dikeluarkan Surat Keputusan (SK) Kades No 143/12/5 berupa perlunya pembenahan dan pengelolaan oleh Karang Taruna Jolontoro. Jumlah koleksi perpustakaan ini terdiri 5.565 eksemplar buku dan 35 judul dalam bentuk compact disc (CD). Kepala Desa Jolontoro Khozin SAg mengatakan, Perpustakaan Ganesha merupakan hasil kerja sama lapisan masyarakat dengan binaan Perpustakaan Daerah Wonosobo. Sumber pendanaan perpustakaan ini berasal dari Alokasi Dana Desa (ADD). Saat ini perpustakaan tersebut memiliki fasilitas aneka kursus meliputi bahasa Inggris, komputer dan menjahit. Senada dengan perpustakaan yang lain, Perpustakaan Al-Mannan Desa Kebrengan Mojotengah, Wonosobo juga didirikan karena keprihatinan masyarakat terhadap rendahnya minat baca masyarakat. Ketua Pengelola Perpustakaan Al-Mannan Siti Kholisoh SAg berharap perpustakaannya dapat menjadi alternatif taman bacaan di desanya. Perpustakaan ini berdiri 1 November 2006, berdasarkan SK Kades Kebrengan No 041/8/2006, memiliki koleksi buku 1.620 eksemplar, majalah 312 eksemplar dan surat kabar 360 eksemplar. Adanya kesenjangan ekonomi dan mahalnya harga buku inilah yang mendorong masyarakat mendirikan perpustakaan. Kepala Perpustakaan Srikandi Dra Eko Hartati berharap dengan membaca buku, masyarakat mendapat kegiatan positif untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Nilai positif membaca, diungkapkan Supartiyana, pengusaha rempeyek kacang di Andongsili. Menurut dia, kegemaran membaca buku-buku masakan di perpustakaan, memunculkan gagasan membuka usaha rempeyek kacang. Ternyata hasilnya lumayan. Saya dapat membantu meningkatkan pendapatan keluargaî, katanya. Hal sama disampaikan Murdirahayu, pengusaha telur asin dari Andongsili. Wonosobo. ìDari membaca di perpustakaan, saya mendapat ilmu tentang membuat telur asin dan kini usaha tersebut berkembang pesatî, katanya. Keberhasilan usaha karena membaca buku, tidak hanya dialami warga Andongsili. Suparmi, warga Jolontoro pengusaha opak singkong juga mengalami hal sama. Sekitar 90% warga Jolontoro merupakan perajin opak, dengan produksi perhari 10 kg per orang. ìUsaha kami meningkat, setelah kami gemar membaca buku di perpustakaan desa, dari membaca buku, kami belajar meningkatkan kualitas opak, katanya. Warga Jolontoro yang lain, Supardjo menyatakan mendapat gagasan untuk beternak lele berkat gemar membaca buku di perpustakaan. Awalnya dicoba beberapa kali memang gagal, selanjutnya berhasil karena petunjuk dari buku-buku lainnya, katanya. Sumber: Kedaulatan Rakyat 
  

Coca Cola Foundation Indonesia
27 Mar 2009 ... Perpustakaan lainnya, Perpustakaan Ganesha di Desa Jolontoro, Sapuran. Perpustakaan ini berkembang menjadi rumah belajar. ...
www.coca-colafoundation-ind.org/ina/.../index.php?act... - Tembolok - Mirip





10
Dec
08
Tinjauan Tentang Minat Belajar Anak
post info
By luwzee 
Categories: aBouT Perkembangan Anak 
1. Pengertian Minat
Dalam hal ini penulis mengemukakan beberapa pendapat tentang minat :
a. Minat adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan.
b. Minat adalah merupakan suatu sikap batin dalam diri seseorang.
Dari pendapat tersebut diatas dapat penulis simpulkan bahwa minat adalah gejala phisikis yang timbul dari perpaduan keinginan dan kemauan yang ada pada diri seseorang, yang direalisasikan atau di ekspresikan dengan adanya perasaan senang yang menyebabkan adanya perhatian terbesar terhadap suatu obyek, sehingga orang tersebut mempunyai kecenderungan hati untuk berbuat sesuatu terhadap obyek tersebut.
Dari pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa ; terjadinya minat itu karena dorongan dari perasaan senang dan adanya perhatian terhadap sesuatu. Dengan kata lain, minat itu merupakan proses terjadinya yang didahului oleh perasaan senang dan perhatian terhadap suatu obyek, sehingga terjadi kecenderungan untuk berbuat sesuatu atas obyek tersebut.
Sebagai indikator bahwa orang itu sedang mengalami rasa senang dan ada perhatian terhadap suatu obyek, maka kita bisa beranalogi pada persyaratan Imam Al-Ghazali ra. yang menerangkan tentang tanda-tanda orang yang cinta kepada Allah SWT adalah sebagai berikut :
1. Orang yang cinta kepada Allah orang itu ingin mendekatkan dirinya kepada-Nya. Pernyataan ini jika dianalogkan dengan pembahasan ini, bahwa seseorang akan berusaha untuk melibatkan diri dalam lembaga pendidikan yang dia senangi, misalnya dengan cara menyekolahkan anak-anaknya ke lembaga pendidikan tersebut.
2. Orang yang cinta kepada Allah dia akan suka rela berkurban untuk Allah. Dalam hubungannya dengan pembahasan ini pengertian tersebut dapat diartikan bahwa apabila seseorang tertarik pada suatu pendidikan, maka dia akan rela memberikan sumbangan baik moril maupun spritual demi kelancaran pelaksanaan pendidikan tersebut.
3. Orang yang cinta kepada Allah dia akan cinta pula kepada orang-orang yang berbakti kepadanya, sehubungan dengan permbahasan ini, bahwa orang yang cinta terhadap suatu lembaga pendidikan tertentu maka dia akan menyenangi dan menghormati para pendidik tersebut menjadi contoh dan suri tauladan bagi para peserta didik dan wali murid.
Adapun pengaruh minat terhadap perkembangan seseorang sebagai berikut :
1) Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas cita-cita.
2) Minat dapat berfungsi sebagai tenaga pendorong yang kuat.
3) Minat yang mempengaruhi terhadap prestasi belajar.
4) Minat dapat menimbulkan kepuasan dalam suatu pekerjaan.
2. Pengertian Belajar
Dalam pengertian luas belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Selanjutnya ada pula yang mendefinisikan bahwa belajar adalah “berubah”. dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi dengan belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga terbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya.
Untuk melengkapi pengertian mengenai makna belajar, perlu kiranya dikemukakan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar siswa. dalam hal ini ada beberapa prinsip yang penting untuk diketahui, antara lain :
a. Belajar pada hakekatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya.
b. Belajar memerlukan proses dan pemantapan serta kematangan diri siswa.
c. Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam atas dasar kebutuhan atau kesadaran (instrinsic motivation), lain halnya belajar dengan karena rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan menderita.
d. Dalam banyak hal belajar itu merupakan proses percobaan (dengan kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasan.
e. Kemambuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran.
f. Belajar dapat melakukan tiga cara :
1) Diajar secara langsung.
2) Kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung (seperti anak belajar bicara, sopan santun, dan lain-lain)
3) Pengenalan dan/atau peniruan.
g. Belajar melalui praktek atau mengalami secara langsung aakn lebih efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berfikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja.
h. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.
i. Bahan pelajaran yang bermakna atau berarti, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna.
j. Informasi tentang kelakuan baik, pengetahun, kesalahan serta keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar.
k. Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri.
Adapun faktor-faktor yang menentukan belajar anak, diantaranya :
a. Faktor luar atau eksternal, faktor yang berasal dari luar individu (siswa yang meliputi)
1) Faktor Lingkungan
Faktor luar dapat berasal dari lingkungan alami maupun dari lingkungan sosial. Lingkungan alami (berasal dari alam) dapat berupa keadaan suhu, kelembaban udara, cuaca dan sebagainya.
Sedangkan lingkungan sosial adalah lingkungan yang terjadi dikeluarga, sekolah, maupun masyarakat.
a) Lingkungan Keluarga merupakan lingkungan yang paling utama dalam menentukan keberhasilan belajar seorang anak.
b) Lingkungan Sekolah yang dimaksud dalam pembahasan skripsi adalah segenap unsur yang ada dalam suatu lembaga pendidikan yang dapat mempengaruhi timbulnya belajar seseorang terhadap penyelenggaraan pendidikan pada lembaga tersebut, umumnya seseorang sebelum memilih jenis lembaga pendidikan yang akan digunakan sebagai tempat untuk mendapatkan suatu ilmu pengetahuan, ia cenderung ingin mengetahui terlebih dahulu unsur-unsur yang ada pada lembaga pendidikan tersebut, sehingga unsur-unsur itulah yang menentukan tertarik tidaknya seseorang terhadap pendidikan yang dikelolahnya.
c) Lingkungan Masyarakat dimana dalam lingkungan masyarakat ini adanya interaksi individu antara satu dengan yang lainnya, keadaan masyarakat mempunyai pengaruh tertentu terhadap perkembangan anak, seseorang yang hidupnya dalam masyarakat Desa akan mempunyai perbedaan dalam segi pola pikir, cita-cita maupun pandangannya dengan seseorang yang hidup dikota, dengan adanya perbedaan tersebut akan memiliki kecenderungan yang berbeda pula dalam membina, mengarahkan anggota keluarganya, termasuk juga dalam memilih jenis pendidikan untuk anak-anak.
2) Faktor Instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang sengaja dirancang sesuai dengan hasil yang diharapkan, dan berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Faktor ini sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar siswa, sebab faktor instrumental merupakan sarana pokok untuk menunjang proses belajar mengajar di sekolah. yang termasuk faktor instrumental antara lain : Kurikulum, program, sarana dan fasilitas sekolah, tata tertib, pedoman-pedoman belajar, dan lain-lain.
b. Faktor Dalam atau Internal
1) Kondisi Fisiologis
Kondisi Fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan keadaan fisik atau kesehatan badan siswa, termasuk keadaan panca indera, yakni penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa.
Alat-alat panca indera tersebut menghubungkan manusia dengan dunia luar melalui urat-urat syaraf yang tersusun sangat komplek dan bekerja dengan kecermatan sangat tinggi. Rangsangan-rangsangan yang datang akibatnya adanya proses belajar diterima oleh alat-alat indera tersebut dan akan diolah menjadi konsep sebagai hasil belajar.
Kondisi Psikologis
a) Perhatian
Perhatian merupakan pemusatan energi psikis yang tertuju kepada suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar.
b) Pengamatan
Suatu cara mengenal dunia riil, baik dirinya sendiri maupun lingkungan dengan segenap panca indera. Jadi dalam belajar itu unsur keseluruhan jiwa dengan segala panca inderanya harus bekerja untuk mengenal pelajaran tersebut.
c) Tanggapan
Tanggapan yaitu gambaran atau bekas yang tinggal dalam ingatan setelah orang melakukan pengamatan. Tanggapan itu akan memiliki pengaruh terhadap perilaku belajar siswa setiap siswa.
d) Fantasi
Yang dimaksud dengan fantasi adalah sebagai kemampuan untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru berdasarkan atas tanggapan yang ada, atau dapat dikatakan sebagai suatu fungsi yang memungkinkan individu untuk berorientasi dalam alam imajiner, menerobos dunia realitas. Dengan fantasi ini maka dalam belajar maka akan memiliki wawasan yang lebih longgar karena didik untuk memahami diri atau pihak lain.
e) Ingatan
Secara teoritis ingatan akan berfungsi ; (1) mencamkan atau menerima kesan-kesan dari luar, (2) menyimpan kesan, (3) memproduksi kesan. Oleh karena itu ingatan akan merupakan kecakapan untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan di dalam belajar. Hal ini sekaligus untuk menghindari kelupaan, lupa sebagai gejala psikologis yang selalu ada.
f) Berfikir
Berfikir merupakan aktivitas mental untuk dapat merumuskan pengertian, mensintesis dan menarik kesimpulan.
g) Minat
Minat adalah atau interest adalah banyak sedikitnya kesadaran dan perhatian yang menyertai suatu aktivitas yang sedang dilakukan. Pengaruh minat terhadap prestasi belajar sangat besar, semakin tinggi minat seseorang terhadap suatu pelajaran, semakin tinggi minat seseorang terhadap suatu pelajaran, semakin tinggi pula keaktifan untuk belajar dan meningkatkan prestasi belajarnya. Sebaliknya semakin rendah minat seseorang terhadap sesuatu pelajaran, maka secara otomatis prestasinya menurun
Kecerdasan
Hasil pengukuran kecerdasan biasanya dinyatakan dengan angka yang menunjukkan perbandingan kecerdasan, yang terkenal dengan IQ (Inteleqensi Quoetient). Berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan yang erat antara IQ dengan belajar siswa. Oleh sebab itu, Informasi mengenai taraf kecerdasan siswa merupakan hal yang sangat berharga untuk memperkirakan kemampuan belajar siswa yang bersangkutan.
h) Bakat
Disamping Inteleqensi Quoetient, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Faktor bakat mencakup faktor-faktor yang sudah ada sejak lahir, yang mempunyai kecenderungan untuk mengembangkan diri dalam suatu kecakapan-kecakapan tertentu.
Telah terjadi kenyataan bahwa siswa yang belajar dalam bidang yang sesuai dengan bakatnya, mempunyai kemungkinan yang besar dalam upaya mencapai prestasi belajar yang baik. Seorang anak yang berbakat mempunyai kualifikasi potensial yang tinggi dalam bidangnya, maka ia mampu mencapai belajarnya pula.
i) Motivasi
Peranan motivasi sangat penting dalam proses belajar. Bahkan dapat dikatan motivasi merupakan faktor penentu keberhasilan belajar atau belajar siswa.
Secara umum motivasi dibagi menjadi dua, yaitu : motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik merupakan motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang tanpa adanya rangsangan atau bantuan orang lain. Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang timbul akibat adanya bantuan dari luar diri siswa. Ada beberapa hal yang mendorong siswa untuk belajar, yakni :
(1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
(2) Adanya sifat kreatif pada orang yang belajar dan adanya keingin untuk selalu maju.
(3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-temannya.
(4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kooperatif maupun dengan kompetisi
(5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran
(6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.
j) Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif pertama adalah persepsi, ingatan dan berfikir. Persepsi adalah bayangan yang tinggal didalam ingatan setelah siswa melakukan pengamatan. Dan ingatan dapat didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan. Sedangkan berfikir adalah proses dinamis yang dapat dilukiskan menurut prosesnya, meliputi pembentukan pengertian, pendapatan, dan kesimpulan.
3. Hal-hal yang memungkinkan memperkembangkan minat belajar pada anak.
Minat tidak hanya mempunyai arti penting sebagai landasan konsentrasi melainkan lebih daripada itu juga, akan memperjelas kaitan antar butir-butir soal dalam pikiran seseorang dan memperkokoh ingatannya. Adapun mengenai cara atau hal-hal yang dapat mengembangkan minat antara lain :
a. Seseorang hendaknya memikirkan bagaimana dan mengapa mata pelajaran itu penting bagi pendidikan umumnya. Misalkan Computer mungkin tidak menarik bagi seseorang tetapi kalau ia ingin mengetahui informasi didunia maka sedikit banyak computer akan menolongnya, contoh lain kimia mungkin tidak menarik bagi seseorang mahasiswa ilmu sosial, tetapi kalau ia ingin tahu tentang obat-obatan maka sedikit kimia akan berguna. Jadi lingkungan keanekaan minat seseorang membantunya memahami dunia modern.
b. Seseorang hendaknya memikirkan bagaimana mata pelajaran lainnya atau dengan waktu, tempat, masalah dan tujuan yang lain. Suatu contoh sejarah kuno mempunyai hubungan dengan peristiwa–peristiwa dewasa ini, Ilmu Filsafat mempunyai hubungan erat dalam banyak hal, Ilmu Matematika, berguna dalam ilmu ekonomi sedangkan psikologi dan sosiologi tercermin dalam kesusastraan, sesuatu pelajaran yang tampaknya tidak menarik kalau berdiri sendiri ternyata dapat sangat menarik dalam hubungannya dengan mata pelajaran lainnya.
c. Minat bergantung pada pemahaman oleh karena itu untuk memelihara minat dan kosentrasi seseorang hendaknya melakukan studi secara teratur dan tidak takut untuk menanyakan persoalan-persoalan atau mencari bantuan mengenai soal apa saja yang tidak dipahami.

Tinjauan Tentang Minat Belajar Anak Cocoretan
Hal-hal yang memungkinkan memperkembangkan minat belajar pada anak. .... 5) Selalu mengontrol buku-buku bacaan anak karena kadang-kadang ia menemukan dari ...
luwzee.blog.friendster.com/.../tinjauan-tentang-minat-belajar-anak/ - Tembolok - Mirip

pengaruh globalisasi terhadap kehidupan manusia

A.Pendahuluan


Globalisasi tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan manusia. Globalisasi membawa pengaruh terhadap kehidupan manusia, baik perorangan dalam keluarga maupun dalam masyarakat.
Nilai-nilai dan norma yang berlaku yang berlaku di masyarakat mangalami pergeseran akibat dampak globalisasi. Tayangan Televisi yang disuguhkan setiap saat ikut andil dalam merubah nilai-niali yang ada dalam masyarakat, Banyak tayangan TV yang sebetulnya khusus untuk orang dewasa tapi juga disaksikan oleh anak-anak. Hal ini disebabkan jam tayang yang kurang tepat, akibatnya anak-anak sejak dini sudah dimasuki unsur kebarat-baratan. Banyak anak sekarang ini sudah tidak hormat lagi kepada orang tua, guru dan orang lain. Penggunaan obat terlarang sakan terasa sudah biasa pada generasi muda sekarang ini. Pelanggaran terhadap norma dan aturan semakin luas.
Untuk menanggulangi meluasnya pelanggaran moral dan aturan perlu campur tangan dari pendidikan islam agar mampu menciptakan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam/muslim.

B.Pembahasan

Pendidikan moral ini dalam Islam berjalan sangat sistematis dan kontinu, yaitu mulai dari lengkungan keluarga sampai ke lingkungan sekolah dan masyarakat dengan berbagi saluran. Penerapan ajaran nilai dan moral agama ini antara lain melalui rukun Islam yang lima itu.
Pengakuan secara tulus dan sadar akan ke –Esaan Alloh dan Muhammad sebagai Rosul-Nya yang membawa semua ajaran-ajaran-Nya yang benar dan mutlak itu yang kesemuanya adalah untuk kebaikan umat manusia itu sendiri. Pengakuan yang tulus ini dalam Islam dikenal dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, sebagai pengakuan menjadi umat Islam dengan segala konsekuensinya
Bila pengakuan yanmg diucapkan secara lisan ini keluar dari hati nurani yang bersih tanpa paksaan atau motifasi ganda selainAlloh, maka semua aturan dan larangan-Nya akan dipatuhi dan dikerjakan tanpa argumentasi untuk menolaknya dan akan dilakukan secara konsekuen dan murni. Semua larangan tidak akan dikerjakan atau ditinggalkan sebagai perwujudan dari pengakuan paripurna sebagai umat-Nya. Tetapi kebanyak umat-Nya atau sebagian mereka kesadaran akan pengakuan ini tamaknya kutrang mantap, karena masih banyak larangan-Nya yang dilanggar dan perintah-Nya tyidak dikerjakan secara utuh. Nilai luhur dua kalimat syahadat ini dapat mengontrol tingkah laku dan perilaku seseorang dalam kehidupannya. 
Mengerjakan sholat wajib lima waktu sehari semalam. Dengan ibadah sholat dapat membawa seseorang (umat islam) sangat dekat dengan Allah , karena selama ibadah ini dilakukannya selalu dalam keadaan siap sedia menerima dialognya dan mendengarkannya setiap waktu dimana saja di muka bumi ini . Melalui ibadah Sholat umat-Nya memuja, mengagungkan-Nya serta menyatakan kehambaan dihadapan-Nya.
Menurut Prof.Dr. Harun Nasution guru besar IAIN Jakarta didalam bukunya Pengantar Ilmu Agama Islam, bahwa melalui ibadah sholat seseorang melakukan berbagai kegiatan secara berhadap-hadapan dengan Allah. KepadaNya mohon supaya dilindungi dari godaan setan mohon diberi ampun dan dibersihkan dari segala dosa, mohon supaya diberi petunjuk ke jalan yang benar, dijauhkan dari kesesatan dan perbuata-perbuatan yang tidak baik dan sebagainya. Dialog langsung dengan Tuhan ini dilakukan oleh setiap muslim lima kali dalam sehari. Bila amal ini dilakukan secara kontunu selama hayat masih dikandung badan secara sadar dengan hanya mngharap ridlo-Nya serta berusaha kearah itu, maka mustahil kiranya permohonan untuk kesucian ini tidak akan mendapatkan perkenan-Nya; karena melalui salat ini seseorang dapat terhindar dari segala perbuatan terlarang dan melakukan perbuatan yang disuruh-Nya. Penegasan Allah ini dinyatakan-Nya dalam surat Al-Ankabut ayat 45 yaitu :
                        
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Qur’an dan dirikanlah salat, sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah melalui salat adalah lebih besar keuntungannya dari ibadah-ibadah lainnya. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Ibadah puasa juga merupakan amal yang dapat mensucikan diri dari ruh kotor. Melalui ibadah puasa seseorang akan berupaya sekuat tenaga menahan hawa nafsu, makan minum dan hubungan kelamin dengan istrinya. Nilai tinggi yang dikandung oleh ibadah puasa antara lain adalah kemampuan menahan diri, keinginan untuk mengalahkan orang lain. Nilai luhur yang dapat ditanamkan kepada peserta didik melalui ibadah puasa adalah mendekatkan diri kepada Allah dan sesama manusia, terutama golongan umat islam yang bernasib kurang baik seperti fakir miskin yang berada kekurangan gizi. Dengan berpuasa anak-anak dilatih menumbuhkan rasa solidaritas, kesetiakawanan, sosial dan ikut merasakan penderitaan orang lain, suka beramal membantu dan introspeksi. Dalam ibadah puasa ini juga mengandung nilai luhur mengeluarkan sebagian harta yang dimilikinya berupa zakat fitrah, sebagai rasa syukur dan bergembira sesama umat islam tanpa pandang derajat sebagai tanda bersihnya diri dari dosa setelah melakukan ibadah puasa selama sebulan penuh. Kesadaran mengeluarkan zakat fitrah ini dimulai dari kecil walupun ia masih dalam tangung jawab orang tuanya. Mengeluarkan zakat fitrah ini harus dikemukakan kepada mereka akan arti dan makna luhur yang dikandungya. Kesadran merasakan penderitaan orang lain disaat bersuka cita ini besar nilainya bagi pembentukan kepribadian muslim sejati. Kesadaran merasakan penderitaan orang lain perlu ditularkan pada peserta didik dengan mengejak mereka memperhatikan lingkungan sosialnya. Dengan melihat kenyataan sosial ini diharapkan dalam dirinya akan terbentuk sikap mau mengerti dan merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Ibadah zakat mempunyai nilai tersendiri pula. Melalui ibadah zakat ini akan tertanam pula sifat diri dan sikap jiwa mau menolong sesama dan menolong agama Allah dengan rizki yang diberikan-Nya. Nilai luhur zakat dapat menghilangkan sifat bakhil dan akan tumbuh sifat penyantun kepada sesama manusia yang lemah yanmg memerlukan bantuan dan pertolongan. Dalam diri akan timbul kesadaran, bahwa rizki yang diberikan Allah itu merupakan titipan-Nya untuk diberikan sebagian kepada pihak-pihak tertentu menurut ketentuan-Nya. Sebab itu bagi orang yang diberi Allah rizki lebih, agar ia segera menyadari bahwa hal itu menjadi pertanda baginya sebagai salah seorang hamba Allah yang dipercaya untuk segera menunaikan syariah islamiyah dengan jalan membantu orang lain yang sedang menunggunya, sehingga dapat secara bersama-sama menikmati nikmat Allah sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 71 sebagai berikut :
                          
“Dan Allah melebihkan rezeki sebagian kamu dari lainnya, maka orang-orang yang diberikan lebih rezekinya itu tidak mau memberikan rezeki yang dilebihkan itu kepada hamba sahaya yang mereka miliki, agar mereka sama-sama merasakan rezeki tersebut. Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah itu?”

Kepada peserta didik ditanamkan perasaan peka terhadap penderitaan umat ini sejak dari kecil,agar ia kelak menjadi manusia Indonesia yang santun akan penderitaan bangsanya dan umat ditempat lain dan merupakan kewajiban moral untuk membantunya, kepekaan terhadap penderitaan umat ini ditekankan Allah dalam surat Al-Kausar ayat 1-3 yaitu:
             
“Sesengguhnya kami telah memberikan kepada kamu nikmat yang amat banyak sekali. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah dengan mengeluarkan harta itu sebagian. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu akan hancur.”

Dengan pendidikan zakat yang ditanamkan kepada peserta didik ini, diharapkan mereka setelah dewasa nanti bila mendapat rezeki lebih akan segera ingat akan nilai-nilai luhur yang terkandung rezeki tersebut dan segera mengeluarkan sebagian untuk orang-orang yang memerlukan santunan.Diharapkan ia akan menjadi umat yang mampu serta sadar menghitung dan mengeluarkan zakat hartanya sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Bila sikap dan moral agama ini diinternalisasikannya sejak dini,kita dapat mengharapkan bahwa generasi muda Islam tanggap terhadap kesenjangan sosial di tanah airnya. Disamping itu tentu kita juga mengharapkan hatinya akan tergerak menjadi pelopor untuk menanggulangi masalah- masalah sosial ini pada masanya kelak. Bila hal ini bisa menjadi kenyataan, maka berarti usaha yang dilakukan dalam bidang agama menampakkan hasilnya. Hal ini juga berarti, bahwa tujuan pendidikan nasional mulai terwujud pada diri peserta didik.
Ibadah haji adalah rukun islam yang ke lima yang mempunyai kedudukan khusus dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya, yaitu ia baru wajib melaksanakan bila mukmin yang bersangkutan telah dapat memenuhi persyaratan untuk menunaikannya ke tanah suci. Antara lain kemampuan ekonomi dan kesehatan. Melalui ibadah haji banyak sekali nilai luhur agama Islam yang dapat ditanamkan kepada para peserta didik kita antara lain adalah ulet, dalam berusaha untuk mencapai tujuan secara halal, sabar dan tekun dalam suatu pekerjaan, mempunyai tenggang rasa yang tinggi, mempunyai sikap diri yang tidak membedakan derajat dan kedudukan seseorang dalam pandangan agama, mawas diri dalam setiap pekerjaan dan tidak menyombongkan diri dalam pergaulan sosial.
Bagi orang yang telah menunaikan ibadah haji dalam jiwanya timbul kesadaran akan kecilnya ia dihadapan Tuhan,terutama dikala bersujud didepan Ka’bah. Secara spontan akan timbul rasa simpati yang mendalam dan rasa kagum akan keuletan para Nabi dikala menjalankan misinya menyampaikan agama Allah kepada umat yang diserunya.Dengan melakukan ibadah haji akan dapat mengubah sifat dan sikap yang selama ini tidak baik menjadi baik sehingga ia akan menjadi muslim sejati dengan haji yang mabrur. Ia menjadi orang yang rendah hati, tidak lekas gusar menghadapi berbagai cobaan yang datang menimpa dirinya dan dijadikan pegangan, bahwa itu pertanda Allah dekat dengannya.
Ibadah haji mempunyai nilai pembentukan diri yang tinggi. Misalnya untuk menunaikan ibadah ini ia menjadi manusia yang tidak pemboros dalam kehidupannya. Jiwa menabung dapat ditanamkan melalui ibadah ini. Begitu pula sikap jiwa yang cenderung senang kepada kebersihan, karena kebersihan merupakan sebagian dari iman seseorang. Secara implisit ibadah haji ini mendidik seseorang untuk segera menunaikan niat baiknya,sebab itu orang yang bersangkutan berupaya semaksimal mungkin niatnya terlaksana.Untuk hidup sehat, ibadah haji mendidik orang untuk tetap hidup sehat dengan makan makanan yang bergizi.Begitu pula tertanam sikap dan jiwa senang kepada pakaian yang bersih yang dilambangkan dengan pakaian ihram yang bersih berlengan warna putih.
Ibadah haji mengandung nilai luhur yang dapat kita gali bagi pembentukan diri, yaitu menyucikan diri lahir dan batin. Manifestasi nilai ini akan tampil dalam tingkah laku sehari-hariseperti tidak bohong,penyabar, tabah menghadapi berbagai kesukaran sebagaimana yang dilambangkan selam menunaikan ibadah haji. Sikap sabar dan mampu menahan diri ini sangat dituntut dalam menunaikan ibadah haji dan merupakan kunci sukses ibadah selama di tanah suci,mengingat jutaan manusia dari berbagai suku bangsa dan perangai.
Untuk mencapai tingkat haji mabrur dierlukan persyaratan jiwa atau rohani yang dapat dijadikan panutan lingkungan, meninggalkan semua perbuatan tercela, sehingga menjadi manusia yang bersih dari dosa dan noda. Ini yang dituju oleh semua haji yang menunaian ibadah haji. Bebas dari dosa dan noda dapat dimulai dari usia kecil melalui pendidikan agama.
Melalui ibadah haji dapat ditimbulkan kesadaran untuk menjadi satu umat beriman dan bertakwa kepada Allah Yang Maha Esa.Secara tidak lansung Allah telah mewujudkan firmannya yang menyuruh umat-Nya berkenalan satu dengan yang lainnya walaupun mereka berasal dari berbagai suku dan bangsa. Nilai ta’aruf ini merupakan manifestasi dari hablum minallah dan hablum minannas pengalaman pada musim haji akan terpatri dalam hati maing-masing,yaitu saling mencintai sesama hamba Allah.

C Penutup
Kemajuan ilmu dan teknologi yang makin canggih dewasa ini telah menimbulkan berbagai macam perubahan dalam kehidupan manusia, termasuk perubahan dalam tatanan sosial dan moral yang dahulu dijunjng tinggi, kini tampaknya kurang diindahkan. Kehidupan manusia semakin bertambah mudah dengan penemuan berbagai ilmu dan teknologi,sehingga jarak antara dua tempat yang dianggap sangat jauh terasa dekat. Ruang dan waktu seolah-olah bukan faktor penghalang bagi kegiatan manusia untuk melakukan kegiatan tertentu. Informasi tersebar dengan amat cepatnya. Persaingan hidup makin terasa keras. Pertambahan ilmu secara kognitif makin banyak yang harus dikuasai atau diketahui para peserta didik bila tidak ingin tertinggal dari perkembangan ilmu dan teknologi.
Namun dibalik kemajuan yang demikian pesat itu, mulai terasa pengaruh yang kurang menggembirakan,yaitu mulai tampak dan terasa nilai-nilai luhur agama, adat dan norma sosial yang selama ini sangat diagungkan bangsa Indonesia mulai menurun, bahkan kadangkala diabaikan ,karena ingin meraih kesuksesan dalam karier dan kehidupan.
Untuk menangkal kesemuanya ini salah satu upaya yang dianggap ampun adalah melalui jalur pendidikan, terutama pendidikan agama, khususnya pendidikan agama Islam. Ajaran dan aturan yang terdapat didalamnya sudah baku dan mutlak karena ia adalah ketentuan Tuhan Maha Pencipta. Ia bukan buatan manusia.Perlu disadari ,bahwa tidak ada ajaran Islam yang bertujuan merusak manusia dengan seluruh alam ini,tapi sebaliknya.oleh sebab itu penanaman nilai-nilai luhur agama ini harus diupayakan menjadi milik peserta didik.penerapan nilai dan moral agama ini antara lain melalui rukun islam yang lima itu. Sehingga diharapkan menjadi generasi muslim sejati.

D. Referensi

1. Al-Qur’an dan terjemah
2. Drs. H. Fuad Ihsan Dasar-Dasar Kependidikan .Penerbit Rineka Cipta  

kopetensi belajar

PENDAHULUAN

 Peran pendidikan dianggap semakin penting untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Adanya kemajuan dalam bidang pendidikan menimbulkan dorongan melalui berbagai inovasi pendidikan agar tercapai suatu tujuan yang diharapkan. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan beberapa komponen pembelajaran seperti penggunaan media , metode pembelajaran, kurikulum guru dan sumber lainnya.
 Melihat dari pembelajaran selama ini dilakukan khususnya pembelajaran akodah akhlak, maka dapat dikatakan fungsi peran dan tujuan pembelajaran akidah akhlak belum tercapai. Peserta didik masih terpaku pada pembelajaran yang monoton.

PEMBAHASAN

A.HAKIKAT KOMPETENSI
Spencer dan Spencer membagi lima karakteristik kompetensi sebagai berikut:
1.Motif, adalah sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan, yang menyebabkan sesuatu. Contoh orang yang termotifasi dengan prestasi akan mengatasi segala hambatan untuk mencapai tujuan, dan bertanggung jawab melaksanakannya.
2.sifat, adalah karakteristik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi atau informasi. Contoh, penglihatan yang baik adalah kompetensi sifat fisik bagi seorang pilot. Begitu halnya dengan kontrol diri emosional dan inisiatif adalah lebih kompleks dalam merespons situasi secara konsisten. Kompetensi sifat inipun sangat dibutuhkan dalam memecahkan masalah dan melaksanakan panggilan tugas.
3.Konsep diri, adalah sikap nilai dan image diri seseorang. Contoh kepercayaan diri. Kepercayaan atau keyakinan seseorang agar ia menjadi efektif dalam semua semua situasi adalah bagian dari konsep diri.
4.Pengetahuan, adalah informasi yang seseorang miliki dlam bidang tertentu. Contoh,pengetahuan ahli bedah terhadap urat saraf dalam tubuh manusia.
5.Ketrampilan, adalah kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental . Contoh, Kemampuan fisik adalah ketrampilan Programer komputer untuk menyusun data secara beraturan. Sedangkan kemampuan berpikir analitis dan konseptual adalah berkata dengan kemampuan mental atau koknitif seseorang.

Kompetensi guru merupakan gambaran hakekat kualitatif dari pelaku guru atau tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti. Perilaku disinimerujuk bukan hanya pada perilaku nyata, tetapi juga meliputi hal-hal yang tidak tampak. Charles E. Jhon sons mengemukakan bahwa kemampuan merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah atau tujuan tertentu. Barrlow mengemukakan bahwa kemampuan guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Dengan demikian kemampuan guru merupakan kapasitas internal yang dimiliki guru dalam melaksanakan tugas profesinya. Tugas profesional guru bisa diukur seberapa jauh guru mendorong proses pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Cooper , dalam sudjana mengemukakan empat kompetensi guru, yakni
(a)Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia.
(b)Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya.
(c)Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya.
(d)Mempunyai ketrampilan teknik mengajar

Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Grasser. Menurut grasser ada empat hal yang harus dikuasai guru yakni (a) Menguasai bahan pelajaran (b) Kemampuan mendiaknosis tingkah laku siswa (c) kemampuan melaksanakan proses pengajaran dan (d) Kemampuan mengukur hasil belajar siswa. Sementara Nana Sudjana telah membagi kompetensi guru dalam tiga bagian
a.Kompetensi bidang koknitif artinya kemampuan intelektual seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan tentang belajar dab tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang kemasyarakatan serta pengetahuan umum lainnya.
b.Kompetensi bidang sikap, artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya sikap menghargai pekerjaannya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesama teman profesinya, memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasik pekerjaannya.
c.Kompetensi perilaku/performance, artinya kemampuan guru dalam berbagai ketrampilan/berperilaku, seperti ketrampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan siswa, ketrampilan menumbuhkan semangat belajar para siswa, ketrampilan menyususn persiapan/perencanaan mengajar, ketrampilan melaksanakan administrasi kelas dan lain-lain.
Menurut Crow and Crow kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran meliputi hal-hal berikut :
1.Penguasaan subject – Matter yang akan diajarkan
2.Keadaan fisik dan kesehatannya.
3.Sifat-sifat pribadi dab kontrol emosinya.
4.Memahami sifat hakikat dan perkembangan manusia.
5.Pengetahuan dan kemampuannya untuk menerapkan prinsip-prinsip belajar.
6.Kepekaan dan aspirasinya terhadap perbedaan kebudayaan, agama, dan etnis.
7.Minatnya terhadap perbaikan profesional dan pengayaan kultural yang terus menerus dilakukan.

B.PENTINGNYA DESAIN PEMBELAJARAN
Menurut Mudoffir (1990), sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan unsur-unsur yang saling berintegrasi dan berinteraksi secara fungsional yang memproses masukan menjadi keluaran. Sedangkan ciri-cirinya antara lain :
(a)Ada tujuan yang ingin dicapai
(b)Ada fungsi-fungsi untuk mencapai tujuan
(c)Ada komponen yang melaksanakan fungsi-fungsi tersebut
(d)Ada interaksi antar komponen
(e)Ada penggabungan yang menimbulkan jalinan keterpaduan
(f)Ada proses trasformasi
(g)Ada proses balikan untuk perbaikan
(h)Ada daerah batasan dan lingkungan.
Sementara itu pakar rancangan pembelajaran Adwi Suparman (1991) memberikan makna terhadap sistem yang berarti benda, peristiwa, kejadian, atau cara yang terorganisasi yang terdiri dari bagian-bagian yang lebih kecil dan seluruh bagian secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan tertentu.


C.PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan – kegiatan tersebut pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Konsep pembelajaran yang disepakati dalam buku ini memiliki maksud yang sama dengan konsep pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.
Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perencanaan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana membelajarkan siswa, dan bukan apa yang dipelajari siswa. Perhatian terhadap apa yang dipelajari siswa merupakan bidang kajian dari kurikulum yang lebih menaruh perhatian pada apa tujuan yang ingin dicapai dan apa isi pembelajaran yang harus dipelajari siswa agar dapat mencapai tujuan tersebut. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tujuan dapat tercapai. Dalam kaitan ini, hal-hal yang tidak biasa dilupakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah tentang bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal.
Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan bebagai teori untuk merancangnya agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran. Untuk itu, pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh Degeng (1989), Reigeluth (1983), sebagai suatau disiplin ilmu menaruh perhatian pada perbaikan kualitas pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran deskriptif, sedangkan rancangan pembelajaran mendekati tujuan yang sma dengan berpijak pada teori pembelajaran preskriptif.

D. DASAR PERLUNYA PERENCANAAN PEMBELAJARAN

1. Perbaikan Kualitas Pembelajaran
Perbaikan kualitas pembelajaran haruslah diawali dengan perbaikan desain pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dapat dijadikan titik awal dari upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini dimungkinkan karena dalam desain pembelajaran, tahapan yang akan dilakukan oleh guru atau dosen dalam mengajar telah terancang dengan baik, mulai dari mengadakan analisis dari tujuan pembelajaran sampai dengan pelaksanaan evaluasi sumatif yang tujuannya untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2. Pembelajaran Dirancang Dengan Pendekatan Sistem
Hal ini disadari bahwa dengan pendekatan sistem akan memberikan peluang yang lebih besar dalam mengintegrasikan semua variabel yang mempengaruhi belajar, termasuk keterkaitan antarvariabel pengajaran yakni variabel kondisi pembelajaran, variabel metode, dan variabel hasil pembelajaran

3. Desain Pembelajaran Mengacu Pada Bagaimana Seseorang Belajar
Kualitas Pembelajaran banyak tergantung pada bagaimana pembelajaran dirancang. Rancangan pembelajaran biasanya dibuat berdasarkan pendekatan perancangnya. Apakah bersifat intuitif atau bersifat ilmiah. Jika bersifat intuitif maka rancangan pembelajaran banyak diwarnai oleh kehendak perancangnya. Akan tetapi jika dibuat berdasarkan ilmiah maka rancangan pembelajaran diwarnai oleh berbagai teori yang dikemukakan oleh para ilmuan pembelajaran.

4. Desain Pembelajaran Diacukan Pada Siswa Perorangan
 Setiap siswa memiliki potensi yang perlu dikembangkan. Tindakan atau perilaku belajar dapat ditata atau dipengaruhi, tetapi tindakan atau perilaku belajar tersebut akan tetap berjalan sesuai dengan karateristik siswa. Siswa yang lambat dalam berpikir, tidak mungkin dapat dipaksa segera bertindak secara cepat. Sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan berpikir tinggi, tidak mungkin dipaksa bertindak dengan cara lambat.
 Hal lain yang merupakan karateristik siswa adalah perkembangan itelektual siswa, tingkat motivasi, kemampuan berpikir, gaya kognitif, gaya belajar, kemampuan awal dan lain-lain. Berdasarkan karakteristik tersebut, rancangan pembelajaran mau tidak mau harus diacukan pada pertimbangan ini.

5. Desain Pembelajaran Harus Diacukan Pada Tujuan
 Hasil pembelajaran mencakup hasil langsung dan hasil tak langsung. Perancangan pembelajaran perlu memilah hasil pembelajaran yang langsung dapat diukur setelah selesai pelaksanaan pembelajaran, dan hasil pembelajaran yang dapat teruji setelah melalui proses pembelajaran

6. Desain Pembelajaran Muaranya Kemudahan Belajar
 Dengan desain pembelajaran, setiap kegiatan yang dilakukan guru telah terencana dan guru dapat dengan mudah melakukan kegiatan pembelajaran. Jika hal ini dilakukan dengan baik, sasaran akhir dari pembelajaran adalah terjadinya kemudahan belajar siswa dapat dicapai.


7. Desai Pembelajaran Melibatkan Variabel Pembelajaran 
 Ada tiaga variabel pembelajaran yang perlu dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran yaitu :
a.Kondisi pembelajaran mencakup semua variabel yang tidak dapat dimanipulasi oleh perencana pembelajaran dan harus diterima apa adanya. Variabelnya antara lain tujuan pembelajaran, karakteristik bidang studi, dan karakter siswa.
b.Variabel metode pembelajaran, mencakup semua cara yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam kondisi tertentu. Variabelnya antara lain strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian pembaljaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran.
c.Variabel hasil pembelajaran mencakup semua akibat yang muncul dari penggunaan metode tertentu pada kondisi tertentu, seperti keefektifan pembelajaran, efisiensi pembelajaran, dan daya tarik pembelajaran

8. Desain Pembelajaran Menetapkan Metode Untuk Mencapai Tujuan
 Ada tiga prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam upaya menetapkan metode pembelajaran yaitu :
1.Tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi
2.Metode pembelajaran yang berbeda memiliki mpengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran.
3.Kondisi pembelajaran yang berbeda bisa memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil pengajaran


E. LANGKAH-LANGKAH DALAM MENDESAIN PEMBELAJARAN
 Langkah demi langkah yang ditetapkan oleh Dick and Carey :
1.Mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran
Dick and Carey menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk menentukan apa yang dapat dilakukan oleh anak didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pandangan lain ( Uno Hamzah ) mengemukakan rumusan pembelajaran yang baik adalah
a.Menggunakan istilah yang operasional
b.Berbentuk hasil belajar
c.Berbentuk tingkah laku
d.Jelas hanya mengukur satu tingkah laku

2.Melakukan analisis pembelajaran
Dick and Carey mengatakan bahwa tujuan pembelajaran yang telah diidentifikasi perlu dianalisis untuk mengenali ketrampilan-ketrampilan bawahan yang mengharuskan anak didik belajar menguasainya dan langkah-langkah prosedural bawahan yang ada harus diikuti anak didik untuk dapat belajar tertentu.

3.Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik mahasiswa atau siswa
Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa dalam pengembangan program pembalajaran sangat perlu dilakukan, yaitu untuk mengetahui kualitas perseorangan sehingga dapat dijadikan petunjuk dalam mempreskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran. Aspek-aspek yang diungkap dalam kegiatan ini bisa berupa bakat, motivasi belajar,gaya belajar, kemampuan berpikir, minat atau kemampuan awal.

4.Merumuskan tujuan performansi  
menurut dick and carey tujuan performansi terdiri dari :
a.Tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan atau diperbuat oleh anak didik
b.Menyebutkan tujuan,memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi sarat, yang hadir pada waktu anak didik berbuat
c.Menyebutkan kriteria yang digunakanuntuk menilai unjuk perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada tujuan

5.Mengembangkan butir- butir tes patokan
Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan,Dick and Carey merekomendasikan 4 macam tes acuan patokan, sebagai berikut:
Tes entry behavior , merupakan tes acuan patokan untuk mengukur ketrampilan sebagaimana adanya pada permulaan pembelajaran.
Pretes, merupakan tes acuan patokan yang berguna bagi keperluan tujuan yang telah dirancang sehingga diketahui seberapa jauh pengetahuan anak didik terhadap semua keterampilan yang berada di atas batas, yaitu keterampilan prasyarat. Maksud dari pretes bukanlah untuk menentukan nilai akhir (perolehan belajar), tetapi lebih mengenal profil anak didik berkenaan dengan anlisis pembelajaran.
Tes sisipan, merupakan tes acuan patokan yang melayani dua fungsi penting,yaitu (a)mengetes setelah satu atau dua tujuan pembelajaran diajarkan sebelum pascates, (b) untuk mengetes kemajuan anak didik sehingga dapat dilakukan perbaikan (remedial) yang diperlukan sebelum pascates yang lebih formal
Pascates atau postes, merupakan tes acuan patokan yang mencakup seluruh tujuan pembelajaran yang mencerminkan tingkat perolehan belajar. Dengan demikian, dapat diidentifikasi bagian-bagian mana diantara tujuan pembelajaran yang belum tercapai. 

6.Mengembangkan strategi pembelajaran 
Dick and Carey mengemukakan bahwa dalam merencanakan satu unit pembelajaran ada tiga tahap yaitu: 
(1)Mengurutkan dan merumpunkan tujuan kedalam pembelajaran 
(2)Merencanakan pembelajaran, pengetesan, dan kegiatan tindak lanjut
(3)Menyusun alokasi waktu berdasarkan strategi pembelajaran.
Komponen strategi pembelajaran terdiri dari: (a) kegiatan pembelajaran, (b) penyajian informasi, (c) peran serta anak didik (siswa / mahasiswa) (d) pengetesan, dan (e) kegiatan tindak lanjut.


7.Mengembangkan Dan Memilih Material Pembelajaran
Dick and carey (1985) menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti oleh pengajar untuk merancang atau menyampaikan pembelajaran, yaitu (1) pengajar merancang bahan pembelajaran individual, semua tahap pembelajaran dimasukkan ke dalam bahan, kecuali pretes dan pascates, (2) pengajar memilih dan mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan strategi pembelajaran.peran pengajar akan bertambah dalam menyampaikan pembelajaran. Beberapa bahan mungkin saja disampaikan tanpa bantuan pengajar, jika tidak ada, maka pngajar harus memberi penjelasan, (3) pengajar tidak memakai bahan, tetapi mnyampaikan semua pembelajaran menurut strategi pembelajarannya yang telah disusunnya. Pengajar menggunakan strategi pembelajarannya sebagai pedoman, termasuk latihan dan kegiatan kelompok.
  Kebaikan dari strategi ini adalah pengajar dapat dengan segera memperbaiki dan memperbarui pembelajaran apabila terjadi perubahan isi. Sedangkan kerugiannya adalah sebagian besar waktu tersita untuk menyampaikan informasi sehingga sedikit sekali waktu untuk membantu anak didik (mahasiswa)/

8.Mendesain Dan Melaksanakan Evaluasi Formatif
Menurut Dick and Carey ada 3 fase pokok penilaian formatif yaitu :
(a)Fase perorangan atau fase klinis.pada fase ini perancang bekerja dengan siswa secara perseorangan untuk memperoleh data guna menyempurnakan bahan pembelajaran. Data yang dimaksud biasanya berupa kesalahan-kesalahan
(b)Fase kelompok kecil,yaitusekelompok siswa yang terdiri dari delapan sampai sepuluh orang yang merupakan wakil cerminan populasi sasaran mempelajari bahan secara mandiri, kemudian diuji untuk memperoleh data yang diperlukan.
(c)Fase uji lapangan, boleh diikuti oleh banyak siswa ;umumnya 30 orang sudah mencukupi. Tekanan dalam uji coba lapangan adalah pada pengujian prosedur yang diperlukan untuk memberlakukan pembelajaran dalam suatu keadaan yang sangat nyata
9.Merevisi Bahan Pembelajaran 
Merevisi bahan pembelajaran perlu dilakukan yaitu untuk menyempurnakan bahan pembelajaran sehingga lebih menarik dan efektif apabila digunakan dalam keperluan pembelajaran sehingga memudahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

10.Mendesain Dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif
Evaluasi perlu dilaksanakan karena melalui evaluasi sumatif dapat ditetapkan atau diberikan nilai atas suatu desain pembelajaran, dimana dasar keputusan penilaian didasarkan pada keefektifan dan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar.




KESIMPULAN
1)Spener and Spencer membagi 5 karakteristik kompetensi yaitu motif,sifat,konsep diri,pengetahuan dan keterampilan
2)Nana Sudjana membagi kompetensi guru 3 bagian yaitu:kompetensi bidang kognitif, kompetensi bidang sikap, kompetensi bidang perilaku,performance.
3)Dasar-dasar perlunya perencanaan pembelajaran 
Perbaikan kualitas pembelajaran
Pembelajaran dirancang dengan pendekatan sistem
Desain pembelajaran mengacu bagaimana seseorang belajar
Desain pembelajaran diacukan pada siswaperorangan 
Desain pembelajaran harus diacukan pada tujuan 
Desain pembelajaran muaranya kemudahan belajar
Desain pembelajaran melibatkan variabel pembelajaran
Desain pembelajaran menetapkan metode untuk mencapai tujuan


4)Langkah-Langkah Dalam Mendesain Pembelajaran
- Mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran
- Melakukan analisis pembelajaran
- Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik mahasiswa atau siswa
erumuskan tujuan performansi  
kegiatan tindak lanjut
mengembangkan dan memilih material pembelajaran
mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
  merevisi bahan pembelajaran 
  mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif


REFERENSI 
Prof Dr H Hamzah Uno M.Pd. Model Pembelajaran.Bumi Aksara,Jakarta,2007
Drs. H. Fuad Ihsan .Dasar-Dasar Kependidikan.Rineka Cipta.Jakarta ,2005